Jurnal Wawasan dan Inspirasi Kehidupan

Spiritual : Jangan Biarkan Ruhanimu Mati!


Dalam kemayaan riang, manusia menikmati laju waktu tanpa beban. Seperti arus air, berlari dan mengalir. Tapi semua itu bermuara pada satu kepastian : hidup akan selesai.

Hidup manusia ditopang oleh dua hal, yakni jasmani dan ruhani, atau jasad dan spiritual. Keduanya bagai hardware dan software dalam satu perangkat komputer. Harus berjalan beriringan, saling mensuport dan keduanya harus sama-sama beres.  Karena jika salah satu ada yang eror, maka komputer tidak akan berfungsi dengan baik.

Namun banyak yang tidak menyadari atau sengaja pura-pura tidak menyadari, bahwa jasmani akan rusak seiring berjalan waktu. Ada saatnya dimana mata semakin redup, kulit semakin keriput, telinga akan berkurang daya dengaranya, dan jantung akan melemah denyutnya. Kemudian, masa hidup manusia dinyatakan selesai.

Secara ilmiah, jasmani manusia melewati beberapa tahap atau fase. Dari sejak lahir sampai usia lanjut. Dan itu berjalan linier (lurus), kemudian berakhir pada satu titik kematian. Demikianlah kehendak alam. Maka dari itu, menjalankan dan memanfaatkan setiap fase kehidupan dengan sebaik-baiknya adalah tindakan manusia seutuhnya.

Dalam ajaran agama samawi, meyakini bahwa  komponen ruhani-lah yang bersifat kekal. Ia tidak rusak karena laju waktu. Saat manusia berakhir hidupnya, hanya ruh yang akan menghadap sang pencipta sebagai sari kehidupan.

Ada yang menarik dari nasehat Al Habib Muhammad Lutfi Bin Ali Bi Yahya, seorang pemuka agama Islam yang memimpin jami’ah ahli thareqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliliyah. Dalam salah satu akun media sosia beliau menuturkan “Sangat mengherankan, banyak manusia yang mengeluhkan sakit jasmani, namun ketika mereka terjangkit penyakit rohani mereka tenang-tenang saja. Padahal jasmani akan rusak setelah mati, sedangkan ruh akan kekal selamanya”.

Manusia terlalu peduli dengan penyakit jasmani yang sedang menimpanya, meskipun jasmani bersifat fana’ (akan rusak) seiring berjalan waktu. Namun, manusia sering melupakan hal yang prinsipil, yakni penyakit ruhani. Mengabaikan penyakit ruhani yang bersifat kekal adalah tindakan kebodohan yang nyata.

Oleh karena itu, merawat ruhani adalah keharusan. Ibarat software, ruhani harus secara berkala diupgrade, update, dan instal ulang. Atau ibarat tanaman, ruhani harus diberi siraman yang menyegarkan secara berkala. Jangan biarkan ia gersang kemudian mati nurani. Rawatlah ruhani anda sebagaimana anda sedang bercocok tanam.

Jika anda beragama Islam, pastikan aktif di majelis pengajian, dzikir, dan siraman ruhani lainya. Sering-seringlah menyibukan diri dalam kebaikan agar anda tidak disibukan dengan kejelekan dan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Kemudian, banyak-banyaklah memberi. Karena inti  dari kehidupan adalah memberi apa yang kita bisa. Jangan pernah terlambat untuk mengulurkan bantuan kepada keluarga, sanak saudara, atau tetangga yang membutuhkan. Tentu dengan catatan, selama kita mampu melaksanakanya.

Salam Inspirasi!


Outhor : Adi Esmawan, Owner jurnalva.com
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support