Dalam kemayaan riang, manusia menikmati laju waktu tanpa beban. Seperti arus air, berlari dan mengalir. Tapi semua itu bermuara pada satu kepastian : hidup akan selesai.
Hidup
manusia ditopang oleh dua hal, yakni jasmani dan ruhani, atau jasad dan
spiritual. Keduanya bagai hardware dan software dalam satu
perangkat komputer. Harus berjalan beriringan, saling mensuport dan
keduanya harus sama-sama beres. Karena
jika salah satu ada yang eror, maka komputer tidak akan berfungsi dengan baik.
Namun
banyak yang tidak menyadari atau sengaja pura-pura tidak menyadari,
bahwa jasmani akan rusak seiring berjalan waktu. Ada saatnya dimana mata
semakin redup, kulit semakin keriput, telinga akan berkurang daya dengaranya,
dan jantung akan melemah denyutnya. Kemudian, masa hidup manusia dinyatakan
selesai.
Secara
ilmiah, jasmani manusia melewati beberapa tahap atau fase. Dari sejak lahir
sampai usia lanjut. Dan itu berjalan linier (lurus), kemudian berakhir pada
satu titik kematian. Demikianlah kehendak alam. Maka dari itu, menjalankan dan
memanfaatkan setiap fase kehidupan dengan sebaik-baiknya adalah tindakan
manusia seutuhnya.
Dalam
ajaran agama samawi, meyakini bahwa komponen ruhani-lah yang bersifat kekal. Ia
tidak rusak karena laju waktu. Saat manusia berakhir hidupnya, hanya ruh yang
akan menghadap sang pencipta sebagai sari kehidupan.
Ada
yang menarik dari nasehat Al Habib Muhammad Lutfi Bin Ali Bi Yahya, seorang
pemuka agama Islam yang memimpin jami’ah ahli thareqoh Al Mu’tabaroh An
Nahdliliyah. Dalam salah satu akun media sosia beliau menuturkan “Sangat
mengherankan, banyak manusia yang mengeluhkan sakit jasmani, namun ketika
mereka terjangkit penyakit rohani mereka tenang-tenang saja. Padahal jasmani
akan rusak setelah mati, sedangkan ruh akan kekal selamanya”.
Manusia
terlalu peduli dengan penyakit jasmani yang sedang menimpanya, meskipun jasmani
bersifat fana’ (akan rusak) seiring berjalan waktu. Namun, manusia sering
melupakan hal yang prinsipil, yakni penyakit ruhani. Mengabaikan penyakit
ruhani yang bersifat kekal adalah tindakan kebodohan yang nyata.
Oleh
karena itu, merawat ruhani adalah keharusan. Ibarat software, ruhani harus
secara berkala diupgrade, update, dan instal ulang. Atau ibarat tanaman, ruhani
harus diberi siraman yang menyegarkan secara berkala. Jangan biarkan ia gersang
kemudian mati nurani. Rawatlah ruhani anda sebagaimana anda sedang bercocok
tanam.
Jika
anda beragama Islam, pastikan aktif di majelis pengajian, dzikir, dan siraman
ruhani lainya. Sering-seringlah menyibukan diri dalam kebaikan agar anda tidak
disibukan dengan kejelekan dan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Kemudian,
banyak-banyaklah memberi. Karena inti
dari kehidupan adalah memberi apa yang kita bisa. Jangan pernah
terlambat untuk mengulurkan bantuan kepada keluarga, sanak saudara, atau
tetangga yang membutuhkan. Tentu dengan catatan, selama kita mampu
melaksanakanya.
Salam
Inspirasi!
Outhor
: Adi Esmawan, Owner jurnalva.com
0 komentar:
Posting Komentar