Jurnal Wawasan dan Inspirasi Kehidupan

Bank Sampah, Manajemen Efektif Pengelolaan Sampah

Jangan pernah menganggap enteng masalah sampah. Ya, sampah kadang menjadi musuh paling serius dalam...

Budaya Sambat, Gotong Royong yang Mulai Luntur

Tanpa kita sadari namun sangat kita rasakan, banyak kebaikan dan kearifan yang hilang seiring berjalannya zaman. Dulu, jika..

Programer : Seniman Tingkat Tinggi?

Judul di atas mungkin terlalu “narsis” atau terkesan menempatkan programer pada derajat yang amat terpuji. Tapi agaknya itu yang

Membaca Soekarno, Soeharto dan Indonesia Kita

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya

Sebentar Lagi, Guru Akan Tersingkir?

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya menjalankan fungsi “pengajaran”, pakai komputer saja. Tidak usah dan tidak perlu bimbingan guru.

Waspada, Indonesia Darurat Begal!

Di media massa baik cetak maupun elektronik, berita tentang begal motor begitu meresahkan publik. Fenomena maraknya begal yang sistematis menjalar ke pelosok-pelosok daerah adalah ancaman  serius bagi ketentraman kehidupan masyarakat. Pemerintah, dalam hal ini Polri harus meningkatkan intensitas keamanan dan  bekerja lebih serius dalam memberantas penyakit menular “begal motor” ini.

Lihatlah, mulai begal di ibukota, kawasan industri, hingga daerah di pedalaman Sumatera dan Kalimantan, begal kian marak dan nekat berlaku kejam pada korban yang coba-coba melawan. Dan jika kebetulan ada begal yang gagal dan disergap penduduk, bukan main. Dikeroyok hingga tewas adalah hal lumrah yang terjadi di di tengah masyarakat kita.

Fenomena begal ini, dapat dikategorikan menjadi kejadian kriminal luar biasa. Mulai dari banyaknya kasus begal yang menjalar ke berbagai daerah, modus operandi pelaku yang selalu menggunakan senjata tajam hingga senjata api, serta kebanyakan pelaku yang tertangkap adalah anak-anak muda.  Bahkan salah satu media online memberitakan, ada Begal Imut yang baru berusia 16 tahun. Sungguh, Indonesia sudah layak disebut sebagai darurat begal.

Jangan sampai, timbul ketakutan dan trauma massif di tengah masyarakat. Kemudian terpancing oleh hal-hal yang tidak jelas musababnya dan akhirnya menimbulkan keresahan umum. Di Semarang misalnya, seorang siswa SMK tewas dikeroyok massa karena dikira begal, padahal bukan. Di Bekasi, seorang ibu di sawah jadi sasaran salah tembak oleh Polisi sewaktu memburu begal. Sedangkan di lain tempat, banyak begal menghilangkan nyawa korbanya.

Aksi kriminalitas yang marak, mungkin juga sebagai akibat dari kondisi ekonomi rakyat yang belum membaik. Upaya mengatasi begal dan kejahatan lainya harus ditarik dari akar penyebabnya. Pengangguran dan kemiskinan sampai saat ini adalah faktor dominan aksi kriminalitas. Untuk itu, para stakeholder terkait harus bekerja lebih keras lagi.

Sementara tindakan pemberantasan begal dari sisi hukum harus dijalankan. Polri harus membuktikan kepada masyarakat untuk dapat mengatasi begal dan menciptakan kenyamanan publik. Dan masyarakat, tetap harus berhati-hati dalam berkendara. Hindari berkendara di malam hari jika tidak sangat terpaksa. Jangan sendirian, apalagi di tempat yang sepi.

Semoga, darurat begal ini segera berakhir!


Adi Esmawan, Owner Jurnalva.com
Share:

22 Situs Islam Diblokir, Ada Apa?

Berita mengejutkan datang dari Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) yang menyatakan telah memblokir 22 situs/website radikal. Pemblokiran ini atas permintaan dan aduan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Pemblokiran ini telah diumumkan secara resmi di situs Kementerian Komunikasi dan Informatika : www.kominfo.go.id dan menggemparkan jagad maya. Berikut 22 situs yang diblokir karena terindikasi menyebarkan paham radikal.

1.   arrahmah.com
2.   voa-islam.com
3.   ghur4ba.blogspot.com
4.   panjimas.com
5.   thoriquna.com
6.   dakwatuna.com
7.   kafilahmujahid.com
8.   an-najah.net
9.   muslimdaily.net
10. hidayatullah.com
11. salam-online.com
12.    aqlislamiccenter.com
13.    kiblat.net
14.    dakwahmedia.com
15.    muqawamah.com
16.    lasdipo.com
17.    gemaislam.com
18.    eramuslim.com
19.    daulahislam.com
20.    shoutussalam.com
21.    azzammedia.com dan
22.    indonesiasupportislamicatate.blogspot.com

Tentu saja, ada yang pro dan ada yang kontra atas kebijakan ini.
Di jagad twitter misalnya, muncul hastag #kembalikan_media_islam yang memprotes   pemblokiran ini. Protes juga dilayangkan kepada Kementerian Agama.

Namun, menteri agama Lukman Hakim Saefudin melalui akun twiter pribadinya memberikan klarifikasi, bahwa kementerian agama tidak tahu-menahu atas pemblokiran 22 situs Islam tersebut. Artinya, domain pemblokiran bukan dari Kementerian Agama. Dalam pernyataanya, Menteri Agama juga memohon maaf kepada pihak-pihak yang tidak nyaman atas kejadian ini.

Publik tentu bertanya-tanya, benarkah 22 situs yang diblokir adalah situs radikal atau terkait paham ISIS? Dan sudah benarkah tindakan pembungkaman yang dipublikasikan seperti ini?

Situs arrahmah misalnya, kebanyakan memuat informasi yang cenderung menebar kebencian, terutama kepada golongan Syiah.  Isu penegakkan syariat Islam  juga menjadi hidangan utama. Namun demikian, era dimana kebebasan berpendapat dan berekspresi membuka ruang bagi siapa saja untuk menyediakan konten apa saja, termasuk fanatisme golongan dan agama.

Tindakan yang dilakukan Kemkominfo tentu sudah melalui kajian yang matang. Bahkan mungkin sudah mendapat restu Presiden dan atas rekomendasi dari Badan Intelijen Negara (BIN). Publik harus menghargai tindakan preventif yang dilakukan pemerintah untuk menjamin stabilitas keamanan.

Bagi situs yang merasa keberatan dan cenderung menjadi korban fitnah, mungkin dapat melakukan protes, klarifikasi dan permohonan pembatalan blokir kepada Kemkominfo. Terpenting adalah saling menghargai dan memahami dengan menjadikan toleransi sebagai panglima.
Salam inspirasi!
Share:

Spiritual : Jangan Biarkan Ruhanimu Mati!


Dalam kemayaan riang, manusia menikmati laju waktu tanpa beban. Seperti arus air, berlari dan mengalir. Tapi semua itu bermuara pada satu kepastian : hidup akan selesai.

Hidup manusia ditopang oleh dua hal, yakni jasmani dan ruhani, atau jasad dan spiritual. Keduanya bagai hardware dan software dalam satu perangkat komputer. Harus berjalan beriringan, saling mensuport dan keduanya harus sama-sama beres.  Karena jika salah satu ada yang eror, maka komputer tidak akan berfungsi dengan baik.

Namun banyak yang tidak menyadari atau sengaja pura-pura tidak menyadari, bahwa jasmani akan rusak seiring berjalan waktu. Ada saatnya dimana mata semakin redup, kulit semakin keriput, telinga akan berkurang daya dengaranya, dan jantung akan melemah denyutnya. Kemudian, masa hidup manusia dinyatakan selesai.

Secara ilmiah, jasmani manusia melewati beberapa tahap atau fase. Dari sejak lahir sampai usia lanjut. Dan itu berjalan linier (lurus), kemudian berakhir pada satu titik kematian. Demikianlah kehendak alam. Maka dari itu, menjalankan dan memanfaatkan setiap fase kehidupan dengan sebaik-baiknya adalah tindakan manusia seutuhnya.

Dalam ajaran agama samawi, meyakini bahwa  komponen ruhani-lah yang bersifat kekal. Ia tidak rusak karena laju waktu. Saat manusia berakhir hidupnya, hanya ruh yang akan menghadap sang pencipta sebagai sari kehidupan.

Ada yang menarik dari nasehat Al Habib Muhammad Lutfi Bin Ali Bi Yahya, seorang pemuka agama Islam yang memimpin jami’ah ahli thareqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliliyah. Dalam salah satu akun media sosia beliau menuturkan “Sangat mengherankan, banyak manusia yang mengeluhkan sakit jasmani, namun ketika mereka terjangkit penyakit rohani mereka tenang-tenang saja. Padahal jasmani akan rusak setelah mati, sedangkan ruh akan kekal selamanya”.

Manusia terlalu peduli dengan penyakit jasmani yang sedang menimpanya, meskipun jasmani bersifat fana’ (akan rusak) seiring berjalan waktu. Namun, manusia sering melupakan hal yang prinsipil, yakni penyakit ruhani. Mengabaikan penyakit ruhani yang bersifat kekal adalah tindakan kebodohan yang nyata.

Oleh karena itu, merawat ruhani adalah keharusan. Ibarat software, ruhani harus secara berkala diupgrade, update, dan instal ulang. Atau ibarat tanaman, ruhani harus diberi siraman yang menyegarkan secara berkala. Jangan biarkan ia gersang kemudian mati nurani. Rawatlah ruhani anda sebagaimana anda sedang bercocok tanam.

Jika anda beragama Islam, pastikan aktif di majelis pengajian, dzikir, dan siraman ruhani lainya. Sering-seringlah menyibukan diri dalam kebaikan agar anda tidak disibukan dengan kejelekan dan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Kemudian, banyak-banyaklah memberi. Karena inti  dari kehidupan adalah memberi apa yang kita bisa. Jangan pernah terlambat untuk mengulurkan bantuan kepada keluarga, sanak saudara, atau tetangga yang membutuhkan. Tentu dengan catatan, selama kita mampu melaksanakanya.

Salam Inspirasi!


Outhor : Adi Esmawan, Owner jurnalva.com
Share:

Membaca Sumbangsih SBY di Panggung Indonesia


Presiden RI ke-enam, Letnan Jenderal TNI (Purn) Prof. Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono adalah sebuah teks abadi dalam catatan sejarah bangsa Indonesia. Membaca beliau, kita akan dapati sosok inspiratif yang nyaris di semua bidang. Mulai dari teladan kepemimpinan, pengendali stabilitas ekonomi (yang terbukti berhasil), pencetus kebijakan pendidikan terbaik (dana BOS), politisi yang santun dan berwibawa, hingga kepakaran beliau dalam bidang pertanian, pertahanan, hukum dan keamanan. Lembaga akademik, survei, dan dunia internasional telah mengakui berikut dalil dan bukti nyata.

Tulisan kecil dari orang kecil ini tentu tidak sanggup untuk mereview apalagi mengulas tuntas kiprah dan prestasi Pak SBY selama memimpin republik ini dalam satu dasa warsa (2004-2014). Namun, berikut kami kupas “membaca SBY” secara substansial sebagai bahan inspirasi.

1.   Teladan Kepemimpinan

Membaca SBY dalam hal kepemimpinan, kita disuguhi sosok figur leader yang begitu anggun dan istimewa. Maklum, SBY adalah peraih Bintang Adhi Makayasa tahun 1973, penghargaan level tertinggi  atau lulusan terbaik akademi militer yang memadukan prestasi akademik, fisik dan mental. Jadi, bakat beliau di bidang kepemimpin sudah teruji.

Selama dua periode menjadi Presiden RI, SBY selalu menunjukan diri sebagai pemimpin yang tenang, cermat, dan sangat hati-hati dalam mengambil keputusan. Pengalaman di dinas militer tentu sangat berpengaruh pada strategi kepemimpinan. Jadi, tidak grusa-grusu dan waton tumindak (asal bertindak). Anehnya, kadang publik justru menganggap pak SBY adalah pemimpin yang lamban dalam mengambil keputusan. Perlu diketahui, bahwa pengambilan keputusan seorang pemimpin harus mengkalkulasi sebab dan akibat dengan matang. Tidak bisa asal ketok palu kebijakan.

Dalam menghadapi oposisi (lawan politik), dan juga kritikan dari media, SBY. lebih mengedepankan sikap terbuka dan persuasif. SBY tidak pernah anti kritik apalagi sampai membungkam lawan politik dengan kekuasaan. Beliau membuka keran demokrasi yang selebar-lebarnya sehingga demokrasi di Indonesia terus tumbuh menuju arah kemapanan. Meskipun, ada hambatan dan kekurangan di sana-sini.



2.   Pengendali Stabilitas Ekonomi

Hingga akhir masa jabatan pada Oktober 2014, pemerintahan SBY – Boediono membukukan catatan pertumbuhan ekonomi yang baik, yakni di atas lima persen. Pengendalian inflasi di masa SBY – JK dan SBY – Boediono cukup baik, karena lonjakan kenaikan harga bahan pokok masih dalam taraf yang wajar dan selaras dengan peningkatan pendapatan masyarakat.

Sektor riil dan UMKM tumbuh pesat selaras dengan semakin banyaknya pengusaha di bidang ekonomi kreatif dari tahun ke tahun. Penurunan angka kemiskinan yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukan trafik yang menggembirakan.

Program pemberdayaan masyarakat yang terangkum dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), juga secara umum dinilai berhasil dan manfaatnya langsung dirasakan oleh rakyat kecil.

Di mata dunia, ekonomi Indonesia sangat diperhitungkan. Indonesia mampu melewati badai krisisi di tahun 2008 meski menyisakan skandal Bank Century yang masih bias penyelesainya hingga kini. Namun kita semua sepakat, bahwa SBY telah membawa ekonomi Indonesia dalam pertumbuhan yang wajar dan sangat stabil.


3.   Kebijakan Pendidikan

Sertifikasi Guru dalam Jabatan dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), adalah sisa kebijakan mantan presiden SBY yang hingga era Pemerintahan Jokowi masih diteruskan. Kebijakan ini memberikan warna dan arah baru pada dunia pendidikan kita. Mulai dari ethos kerja guru dan kesejahteraan guru yang terus meningkat hingga sekolah gratis karena sudah ditanggung oleh biaya BOS. Meskipun, kebijakan ini juga menuai kontroversi dan kritik dari berbagai kalangan.




4.   Politisi yang Santun dan Berwibawa

Gaya komunikasi dan politik SBY selalu dalam tataran yang santun, lembut, dan sarat muatan edukasi politik bagi rakyat. Karena, baik dihadapan publik maupun media, SBY tidak pernah menggunakan bahasa yang melabrak etik apalagi norma kesusilaan.
 
SBY & BIIL GATES


Jika beliau menanggapi ataupun melontarkan kritik pada lawan politik, pasti selalu dikemas dengan bahasa yang etik dan berwibawa. Sayangnya, gaya komunikasi politik seperti ini dianggap sebagai lebay dan hobi curhat.

Padahal, kesantunan dan kelembutan dalam gaya politik adalah ciri khusus (identitas) dari para pemimpin Indonesia yang menjunjung tinggi budaya ketimuran.


5.   Kepakaran dalam Bidang Pertahanan, Hukum dan Kemanan
Soal pertahanan, hukum dan keamanan (Hankumkam), mantan Presiden SBY tidak perlu diragukan lagi. Beliau dikukuhkan sebagai guru besar (Profesor) bidang pertahanan pada Universitas Pertahanan Nasional. Tercatat pula, kurang lebih sepuluh kali beliau mendapatkan gelar doktor kehormatan (Doctor Honoris Causa) dari berbagai perguruan tinggi ternama baik di dalam maupun di luar negeri.

Secara nyata, kebijakan pertahanan di masa SBY cukup positif, ditandai dengan peningkatan anggaran pertahanan untuk Alutsista yang ditambah jumlahnya dari tahun ke tahun. Di bidang hukum, aspek penegakan hukum dan pemberantasan korupsi cukup baik. Sementara di bidang kemanan nasional, cukup memberikan ketenangan dan ketentraman umum. Peristiwa dan insiden yang membahayakan keamanan nasional memang ada, namun tidak sampai mengguncang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tanpa terasa, kepemimpinan era Susilo Bambang Yudhoyono telah paripurna pada Oktober 2014 silam. Ada plus dan juga minusnya. Sebagai putra terbaik bangsa, beliau telah memberikan apa yang bisa diberikan dengan sebaik-baiknya. Terima kasih pak SBY. Meski sudah terlambat, kalimat “sepuluh tahun yang membanggakan” tetap akan tersemat dalam sudut sejarah semesta.


Penulis : Adi Esmawan- Rakyat Kecil. Owner jurnalva.com

Referensi :
id.wikipedia.org


Sumber gambar : www.google.com 
Share:

Earth Hour 2015 : Besok, Matikan Listrik Satu Jam!

Eart Hour atau Jam Bumi adalah tradisi memadamkan listrik selama satu jam pada hari sabtu di akhir bulan Maret. Kegiatan ini diikuti oleh berbagai kota besar, berbagai elemen dan komponen masyarakat di seluruh penjuru dunia. Bahkan, biasanya Google juga turut berpartisipasi dalam earth hour dengan menghitamkan background situsnya pada saat momentum eart hour.

Kegiatan jam bumi ini bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan kerusakan bumi yang sudah sangat kritis dan berdampak pada perubahan iklim. Dalam sejarahnya, tradisi Earth Hour pertama kali diselenggarakan pada tahun 2007 oleh World Wide Fund for Nature. Untuk tahun ini, peringatan Earth Hour jatuh pada Sabtu, 28 Maret 2015.


Mari turut berpartisipasi dengan mematikan listrik minimal selama satu jam, dimulai pada pukul 20.30 – 21.30 WIB. Selain berdampak pada penghematan listrik yang jika dihitung secara kolektif mengurangi pemakaian hingga jutaan mega watt, tradisi ini juga merupakan bentuk rasa sayang dan empati kita terhadap bumi yang kita tinggali.

Saatnya kita mengendapkan hati, menikmati keremangan malam dan bernostalgia mengunjungi masa lampau, masa yang belum ada jaringan listrik. Jika kebetulan cerah, anda akan melihat ribuan bintang dan satu rembulan yang menjadi tanda kemegahan semesta. Sekali lagi, tanpa neon dan terang cahaya bohlam.

Mungkin sangatlah sebentar, hanya satu jam, momentum untuk mengingat, merenung, dan berfikir mengenai kelanjutkan eksistensi bumi yang entah sampai kapan akan aman dan tetap nyaman ditinggali manusia. Sementara perilaku dan keadaban manusia justru berbanding terbalik dengan niat untuk memakmurkan bumi. Bukankah, kita adalah wakil Tuhan di muka bumi untuk menjaga, merawat dan melestarikanya?

Hanya satu jam di malam minggu besok. Sempatkanlah. Mulai dari mematikan lampu, kulkas, dispenser, televisi, radio, dan segala aktifitas yang berhubungan dengan listrik. Jangan lupa, bahwa pemakaian listrik adalah salah satu penyebab emisi, rusaknya lapisan atmosfer bumi dan berpengaruh pada keseimbangan lingkungan hidup (environment equilibrium). Gerakan sadar lingkungan dan efisiensi penggunaan listrik mutlak dikampanyekan. Ya, semuanya demi kelanjutkan bumi kita tercinta.

Jadi, sabtu malam minggu besok, pastikan ajak keluarga, sahabat, tetangga dan seluruh masyarakat Indonesia untuk mengikuti kebiasaan baik : earth hour 2015



Penulis : Adi Esmawan- Owner Jurnalva Media
Share:

Membaca Soekarno, Soeharto dan Indonesia Kita

Indonesia  telah menapaki tangga demi tangga  sejarah hingga hari ini. Dalam kehidupan yang riuh, peradaban dunia yang angkuh, Indonesia menempatkan diri dalam percaturan politik dunia. Tapi catatan waktu perjalanan bangsa ini tidak akan pernah melupakan dua nama besar pemimpin negeri , yakni Soekarno dan Soeharto. Keduanya adalah bagian dari perjalanan  bangsa ini, lengkap dengan jasa dan alpa.

Di era reformasi kini, banyak dari kita yang tidak begitu jernih memandang sejarah. Sehingga hobi sekali mencari cela, salah dan dosa para pemimpin kita sendiri. Bumbu-bumbu kepentingan, golongan, gerbong partai, ideologi dan pandangan berfikir kadang membuat kita tidak adil dalam menempatkan dua tokoh besar bangsa ini. Mari, kita membaca Soekarno, Soeharto dan Indonesia kita dengan mencoba sejernih dan seadil-adilnya.

Nama besar Presiden RI pertama, Achmad Soekarno atau yang lebih populer dengan sebutan Bung Karno tidak akan pernah terkikis oleh laju sejarah. Seorang visioner dengan gagasan cemerlang, dan nasionalisme yang tinggi ini terlahir di kota Blitar, Jawa Timur. Julukan  Putra Sang Fajar melekat pada diri beliau karena keajaiban konsep yang dibawanya.

Pada masa penjajahan, konsep menakjubkan yang ditunjukan Soekarno adalah sidang terkenal saat orasi dihadapan majelis hakim yang terkenal dengan sebutan “Pledoi Bung Karno”. Inilah awal kepemimpinan beliau mendapat sorotan di mata para penggagas berdirinya NKRI.

Soekarno adalah ikon Indonesia, mungkin hingga detik ini. Sumbangsihnya bagi bangsa tidak perlu diragukan lagi. Namun, sejarah harus berlaku adil. Kita tidak bisa menganut faham kultus individu dengan menempatkan figur tanpa cela. Agar generasi dapat belajar dan mengambil inspirasi.

Ya, di balik kebesaran dan gagasan besar dari Soekarno, tetaplah beliau adalah manusia biasa. Tentu, beliau memiliki ambisi politik, dan ambisi adalah bicara soal kepentingan yang kadang melabrak prosedur,  etik, hukum, dan inkonsisten. Kita harus membaca, mengetahui dan memahami soal penyelewengan Bung Karno pada masa Demokrasi Terpimpin, soal presiden seumur hidup, menunjuk anggota MPR sebagai menteri agar dibawah kendalinya, hingga soal penyimpangan ideologi yang digagas oleh beliau sendiri, yakni Pancasila.

Adopsi ideologi komunis yang terintegrasi dalam ide Nasional, Agama dan Komunis (Nasakom), jelas-jelas menodai sila pertama Pancasila, yakni Ketuhanan yang Maha Esa. Ideologi komunis jelas berseberangan dengan nilai-nilai religius dan budaya asli bangsa Indonesia. Namun karena pendirian beliau yang kuat dan sangat idealis, Bung Karno menjadikan konsep Nasakom sebagai jargon andalan. Hal inilah yang membuat beliau ragu untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) meskipun didesak oleh rakyat dan mahasiswa, pasca G-30-S/PKI pada tahun 1965.

Soekarno adalah pahlawan, proklamator dan ide dari sebuah bangsa bernama Indonesia. Mari sebagai generasi yang baik, kita menempatkanya dengan proporsional dalam kancah sejarah semesta. Tidak mencari cela dan tidak pula mengkultuskanya. Setiap figur memiliki plus dan minus-nya masing-masing.

Kedua, adalah membaca Soeharto. Seorang putra rakyat biasa yang berkarir dari prajurit sampai jenderal ini, adalah Pemimpin yang telah membawa banyak perubahan dan kebaikan, terlepas dari kontroversi dan kealpaan rezimnya yang berkuasa selama tiga dasa warsa.

Dari sisi track record, salah satu Jenderal Besar yang dimiliki oleh republik ini layak mendapatkan gelar pahlawan nasional. Soeharto mengalami dan melakoni fase demi fase perjuangan merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, hingga masa revolusi dan pembangunan.

Mulai dari perang gerilya, menjadi pengawal/ mendampingi Panglima Besar Jenderal Soedirman, memimpin serangan umum 1 Maret 1949, hingga memegang Komando Mandala  Pembebasan Irian Barat, adalah sumbangsih nyata yang melebihi persyaratan sebagai pahlawan nasional.

Sayang, pasca tumbangnya Soeharto pada tahun 1998, ia hanya mendapatkan badai gunjingan dan semakin tersudutkan di panggung sejarah. Mulai dari tuduhan korupsi dan punya rekening di bank Swis (yang sampai saat ini tidak ada dalil shahih yang dapat membuktikan), pelanggaran HAM, hingga tuduhan kudeta dan pembunuhan lebih dari setengah juta anak bangsa. Benarkah?

Sebagai pemimpin dan anak bangsa, secara logika dan nalar lahiriah, Soeharto pasti berkeinginan membawa bangsa ini ke arah lebih baik. Jika kita telaah lebih jauh, isu kudeta merangkak yang entah dihembuskan oleh siapa adalah lemah dan tidak berdasar. Apalagi jika dasarnya adalah dokumen luar negeri, sejauh manakah kita dapat mempercayai?

Tuduhan pertama, Soeharto adalah dalang kudeta karena tidak masuk daftar target G-30-S/PKI. Ini ngawur, karena banyak Jenderal lain juga tidak masuk daftar target. Lagi pula, Jenderal AH. Nasution yang lolos dari penculikan, justru kemudian berlindung ke Kostrad dan minta perlindungan Pak Harto. Artinya, integritas Soeharto dan Kostrad dapat dipercaya bersih dari pengaruh PKI.

Bantahan kedua, adalah peningkatan karir Soeharto pasca 1965 yang justru melonjak tajam. Jika ia adalah dalang dan berencana mengkudeta Presiden, mengapa pemimpin besar revolusi Bung Karno justru memberikan jabatan Pangkobkamtib dan Menteri Panglima Angkatan Darat, kemudian menaikan pangkatnya menjadi Jenderal Penuh?

Ingatlah, bahwa pemerintahan Soekarno memiliki dinas intelijen yang dikomandoi langsung oleh Wakil Perdana Menteri Dr. Soebandrio. Tentu sudah ada alarm jika memang Soeharto dianggap membahayakan rezim Soekarno. Nyatanya, Bung Karno justru memberikan berbagai amanah kepadanya.

Tuduhan berikutnya adalah soal Surat Perintah sebelas Maret (Supersemar) yang dianggap sebagai kudeta. Ini kengawuran nyata-nyata. Bung Karno dalam pidatonya jelas menyatakan bahwa Supersemar bukan mandat peralihan kekuasaan. Bahkan, supersemar justru memerintahkan Soeharto untuk mengamankan kewibawaan dan ajaran Presiden/Pangti ABRI/ Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.

Langkah Soeharto yang membubarkan PKI dengan dasar supersemar sebenarnya adalah untuk mengakomodasi tuntutan rakyat dan mahasiswa yang berdemonstrasi. Bung Karno yang tidak berani membubarkan PKI dan membekukan Universitas Indonesia, justru akan semakin tersudut di mata rakyat.

Proses peralihan kekuasaan justru terjadi ketika MPRS menolak pidato pertanggungjawaban Presiden yang terkenal dengan judul NAWAKSARA. Setelah itu, MPRS mencabut mandat Soekarno sebagai Presiden seumur hidup dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden. Dan itu adalah sah secara konstitusi dan punya legalitas hukum di masa itu. Manakah yang layak disebut sebagai kudeta?

Kemudian, soal pembantaian terduga PKI di berbagai pelosok negeri. Perlu diketahui, bahwa peristiwa ini adalah sejarah kelam bangsa Indonesia. Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh tindakan PKI dan ormasnya yang provokatif, keji, menteror, dan menebar kekerasan.

Sejarah mencatat bagaimana kekejaman PKI terhadap umat Islam di Jawa Timur, peristiwa Kanigoro, Bandar Betsi dan lain-lain sebagainya yang merupakan aksi sepihak PKI. Dilanjutkan dengan pembunuhan keji terhadap para Jenderal dan lawan politik. Dan tentu saja, peristiwa ini memancing dendam di hati rakyat pasca pembubaran PKI oleh angkatan darat.

Jadi, peristiwa saling bantai ini adalah peristiwa sistematis yang sulit dibendung. Seharusnya yang paling bertanggungjawab atas peristiwa ini adalah Bung Karno yang waktu itu masih memegang kekuasaan. Sudahlah, peristiwa ini telah lama berlalu, biarkan Indonesia menempatkanya dalam kancah sejarah semesta.


Indonesia kita saat ini bukan lagi bicara soal isu kekerasan dan bantai membantai. Indonesia sudah melangkah jauh menuju pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih mapan ditengah kompetisi bangsa yang kian ketat. Melanjutkan perjuangan dan warisan luhur pemimpin pendahulu kita. Ya, beliau Bung Karno dan Pak Harto. Keduanya adalah kebaikan untuk Indonesiaku. 
Share:

Juragan Pisang Gaji Manajer

Siapa sangka, lelaki paruh baya berpenampilan sederhana dan tinggal di desa ini berpenghasilan fantastis. Adalah Taslim (48), warga Limbangan Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara yang berprofesi sebagai juaragan pisang dengan omset per-harinya mencapai puluhan juta rupiah.

Pisang merupakan buah yang sangat pupuler di masyarakat dan dapat tumbuh di segala tempat. Jenisnya beragam, ada pisang kepok, ambon, raja, pisang tanduk, pisang emas, dan lain sebagainya.

Taslim  awalnya hanya seorang tengkulak pisang keliling dengan modal dua ratus ribu. Ia membeli pisang dari petani di pedesaan yang masih mentah dengan harga per tandan sekitar 15 – 20 ribuan. Kemudian ia matangkan secara alami (tanpa menggunakan karbit dan bahan kimia).

Usaha ini terus berkembang pesat setelah Taslim memberanikan diri meminjam kredit perbankan dengan bunga ringan. Ia meminjam dari bank sepuluh juta. Kemudian mengumpulkan pisang dari para petani secara lebih intensif.

Hasilnya, saat ini beliau sudah memiliki satu buah truk dan dua unit pick up bak terbuka untuk operasional sehari-hari. Pisang mentah maupun matang ia kirimkan ke luar daerah seperti Semarang, Jakarta, Bandung hingga Banten.

Saat ini, Taslim mulai melakukan pembenahan  bisnis yang ketat. Mulai dari sortasi jenis pisang, kualitas, dan packing atau pengemasan saat pengiriman. Usahanya yang terus berkembang itu diberi label “gedhang jaya”.

Dari kerja kerasnya, saat ini ia mendapatkan keuntungan bersih sedikitnya 14 juta perbulan. Jauhh di atas pegawai golongan Pembina/IV.a. yang hanya sekitar 4 juta. Bahkan, hampir setara dengan manajer hotel bukan?


Silahkan bagi yang terinspirasi, gerbang rezeki ada di sekitar kita. Jemputlah peluang bisnis. Jangan menunggu peluang datang menghampiri anda karena mungkin saat itu anda sedang tidur pulas.

Salam inspirasi!
Share:

Jurnal Kebudayaan : Memprediksi Dendam Alam


Ketika kita bangun di pagi hari, surya menyapa hangat di kaki langit memberikan cahayanya, adakah terbesit terima kasih pada alam dan Tuhan penguasa semesta? Kemudian menyadari, betapa megahnya alam ini dan kita berharap jangan biarkan damai ini pergi?

Sayang, manusia terlalu pongah dan angkuh. Hingga hasrat untuk berkuasa meluluhlantakan rasa malu dan memupuk subur budaya rakus. Lebih rakus daripada tikus sekalipun. Bumi ini diperkosa sampai lelah, terkikis habis oleh nalar konsumerisme dan industrialisasi.

Hutan dibabat habis. Disulap menjadi kawasan properti mewah atau deretan pepohonan sawit yang konon, pemiliknya adalah konglomerat dengan beking aparat. Tak jarang, konflik perebutan lahan terjadi disana-sini dan memakan korban nyawa manusia. Tapi itu dianggap tidak seberapa. Uang menjadi muara dari seluruh kepentingan.

Jalan tol dan pembangunan infrastruktur  lainya dikebut habis-habisan. Target pertumbuhan ekonomi dan trafic prestasi menjadi ambisi didorong nafsu yang aji mumpung. Ditambah dengan tumpah ruahnya kendaraan bermotor hingga ke pelosok sekalipun. Bumi menjadi bising, prungsang, gaduh dan semprawut oleh penguasaan manusia.

Tentu saja, tak ada seorangpun yang dapat membendung semua itu. Konsumerisme yang menasbihkan kenikmatan hanya untuk manusia dan seolah bumi ditakdirkan sepenuhnya untuk kebahagiaan manusia, adalah kenyataan dan kita menikmatinya. Kerusakan alam dan derita satwa, tetumbuhan, dan berjuta hayati lainnya, manusia tidak peduli. Falsafah yang penting happy sudah menjadi ideologi dan cara hidup.

Persetan dengan kearifan lokal, norma, moral, agama atau hasil kesepakatan para Kepala Negara Dunia yang termaktub dalam konvensi di Jenewa, Swis, beberapa tahun silam yang isinya adalah penyelamatan lingkungan. Semuanya hanya tulisan, teori, angin surga dan miskin implementasi.

Mungkin, lima atau sepuluh tahun kedepan. Merah hitam wajah bumi dan dendam alam akan lebih ganas membalas kepongahan manusia. Sekarang saja, dengan perubahan iklim yang tidak menentu, alam sedang menunjukan indikasi balas dendam. Dan manusia (kita), yang terlalo pongah, sombong dan kemaruk nafsu, hanya sebagian mahkluk yang lemah-tak berdaya jika alam sudah menunjukan sabdanya.


Penulis : Adi Esmawan, Pengasuh  www.jurnalva.com


Share:

Waspada Krisis Air, Berhematlah!

Kita semua tentu mafhum betul, betapa air adalah sumber kehidupan dan penghidupan yang sangat primer. Bayangkan, hidup manusia dan alam semesta tanpa ketersediaan air bersih.

Ironisnya, ketersediaan air bersih di bumi ini justru kian menipis. Di kota-kota besar yang sudah tidak ada resapan air karena semua tanah terlapisi beton, yang kita jumpai adalah krisis air. Di Jakarta, misalnya, air yang digunakan adalah air hasil rekayasa. Baik melalui water filter maupun campur tangan bahan kimia. Bukan air dari sumber mata air pegunungan. Apalagi di daerah pesisir. Air bagaikan barang berharga dan butuh perjuangan untuk memperolehnya. Pada tahun 2020 mendatang, bumi terancam krisis air bersih. Mengapa?

Pertama, kerusakan hutan semakin kronis. Hal ini menyebabkan penyerapan air hujan semakin menyusut dan mengurangi debit air tanah. Siklus hidrologi menjadi tidak seimbang karena air hujan akan hanyut ke sungai dan bermuara ke laut. Curah hujan akan mengalami peningkatan frekuensi namun penyerapan air oleh tanah justru semakin defisit. Hutan adalah jantung yang menopang ketersediaan air dan kerusakanya adalah malapetaka besar bagi manusia.

Kedua, penyerapan air tanah semakin berkurang akibat terlapisi oleh beton, semen, paving , aspal, atau properti lainya. Pembangunan pemukiman, jalan tol dan kemajuan peradaban telah membuat air menjadi kebingungan untuk singgah dimana. Hal ini diperparah dengan sistem drainase dan sanitasi yang buruk. Akhirnya, bukan sumber air dan kelestarian alam yang didapatkan. Melainkan bonus banjir tahunan dan krisis air bersih apalagi di musim kemarau.

Ketiga, frekuensi penggunaan/konsumsi air oleh manusia justru semakin meningkat. Karena faktor jumlah penduduk dan kemajuan industri, pemakaian air justru semakin jor-joran dan tanpa kendali. Baik untuk komersial, konsumsi sehari-hari dan lain sebagainya.


Untuk itu, kita wajib melestarikan lingkungan hidup dan menjaga ketersediaan air. Dimulai dari langkah sederhana untuk menghemat air, tidak menggunakan air PAM untuk mencuci kendaraan, dan menanam pohon di pekarangan anda. Lahan kritis di sekitar kita juga perlu diperhatikan.

Sekarang saja, konflik perebutan air bersih sudah menjalar dimana-mana. Maka dari itu, waspadalah. Ancaman krisis air bersih ada di depan mata!



Author : Adi Esmawan
Share:

Yang Tersisa dari Lee Kuan Yew dan Soeharto


Dunia internasional kembali berduka atas berpulangnya Lee Kuan Yew (91), seorang founding father atau bapak pendiri Singapura. Seperti dikutip dari kantor berita CNN, Perdana Menteri pertama Singapura yang berkuasa selama tiga puluh satu tahun itu meninggal dalam keadaan damai di Singapore General Hospital pada 23 Maret 2015 pukul 03.18 waktu Singapura.

Indonesia memiliki rangkaian kenangan tersendiri pada sosok Lee Kuan Yew. Khususnya, pada masa rezim  Soeharto. Presiden kedua republik ini adalah teman dekat Lee. Bahkan, Lee Kuan Yew justru banyak belajar dari Soeharto soal kepemimpinan dan pembangunan ekonomi.

Ada kemiripian gaya kepemimpinan antara Lee Kuan Yew dengan Soeharto. Pertama, soal mengutamakan  kemajuan ekonomi daripada isu demokrasi. Orde baru yang menjadikan trilogi pembangunan yaitu stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan sebagai aspek penting dalam menopang kemajuan dan kesejahteraan bangsa, praktis serupa dengan gaya Lee yang mengedepankan pertumbuhan ekonomi sebagai panglima.

Namun Singapura tidak sebesar Indonesia, sehingga hasilnya beda. Lee Kuan Yew telah membawa Singapura pada pertumbuhan ekonomi yang mapan dan modern. Sementara Soeharto harus kalah dengan orang-orang yang mengusung isu demokrasi dan HAM untuk menglengserkanya dari panggung kekuasaan. Padahal, di masa Soeharto Indonesia adalah negara yang disegani baik dari aspek politik dan ekonomi.

Kisah menarik lainya, yaitu soal Soeharto yang marah pada Lee Kuan Yew akibat kasus Usman dan Harun hingga hubungan diplomatik kedua negara menjadi tegang. Usman dan Harun yang merupakan pejuang dan anggota Marinir Indonesia dieksekusi mati oleh pemerintahan Lee. Karena itu, Soeharto marah besar. Saat Lee ingin minta maaf dan memperbaiki hubungan kedua negara, Soeharto tidak memaafkanya begitu saja.

Indonesia yang berwibawa saat itu memiliki posisi tawar lebih tinggi dari Singapura. Sehingga Soeharto mengajukan syarat pada Lee Kuan Yew agar menabur bunga di makam Usman dan Harun. Sebuah permintaan yang tidak masuk akal  namun entah pertimbangan apa Lee Kuan Yew menuruti permintaan Soeharto.

Kini, keduanya telah tiada. Soeharto telah wafat pada tahun 2008 silam dan Lee telah mengakhiri perjuangannya di usia 91 tahun. Selamat jalan. Dunia turut berduka.

Author : Adi Esmawan


Sumber gambar : worldpres.org
Share:

Keistimewaan Guru yang Kini Hampir Punah!

Guru adalah profesi yang bukan sembarang profesi.  Ya, guru memang istimewa, karena semua bidang, baik profesi, jabatan tinggi, pangkat jenderal, tidak akan diperoleh tanpa jasa dan peran dari seorang guru.


Baca saja biografi dari pemimpin besar, pasti motivator utama adalah seorang guru yang idealis dan hanya memiliki satu tedensi, mencerdaskan peserta didik. Namun, di pergumulan masyarakat kontemporer yang mengedepankan gaya hidup mewah, materialis-hedonis, masih adakah guru yang punya idealisme dan dapat mengantarkan peserta didiknya menjadi orang besar? Mungkin hanya bapak dan ibu guru yang mengerti jawabanya.


Faktanya, guru di zaman ini jika dikomparasikan dengan guru pada masa rezim Orde Baru sangat berbeda jauh. Guru di zaman kini seakan terjebak dalam pragmatisme sempit, dari tendensi mencerdaskan peserta didik beralih hanya tendensi meluluskan peserta didik. Pelita dalam kegelapan dan laksana embun penyejuk dalam kehausan, kini bersalin rupa menjadi tenaga profesional yang bekerja berdasarkan nalar industri : suplay and demand.

Komersialisasi pendidikan telah nyata di depan mata, meskipun Bantuan Operasional Sekolah (BOS) menjadi tulang punggung keberlangsungan sekolah di penjuru nusantara. Namu hadirnya program akreditasi sekolah, sertifikasi ISO, Ujian Nasional, dan Tunjangan Profesi guru menambah deretan runyam arah, tujuan, dan filosofi pendidikan kita. Guru, yang dari pahlawan tanpa tanda jasa menjadi pahlawan yang selalu menuntut kesejahteraan karena ketidakadilan manajemen guru PNS dan Non PNS (honorer dan wiyata bhakti)

Perbedaan lain yang paling mencolok adalah dari mendidik menjadi hanya sekedar mengajar, bahkan guru di zaman ini hanya sebagai penyambung lidah modul (buku paket) yang disampaikan pada peserta didik. 


Mungkin karena pendidikan sekarang lebih berorientasi demikian, dimana pendidikan hanya berkutat pada pembenahan proses belajar-mengajar (kurikulum) dan lomba antarsekolah yang dikemas dalam bentuk akreditasi yang hanya mementingkan kuantitas pengajaran (bukan kualitas pendidikan) dan menyingkirkan tujuan utama dari pendidikan itu sendiri.


Lihatlah, banyak guru yang hanya pusing membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, atau komponen akreditasi lain, yang sebenarnya sangat simbolik-formalistik. Belum lagi urusan administratif-prosedural yang memberikan tugas tambahan pada guru seperti entri DATADIK, DAPODIK, EMIS, NUPTK dan lain-lain

Hasilnya, jerih payah dari seorang guru hanya berupa selembar ijazah. Dan budaya yang penting ijazah disadari atau tidak telah mematikan idealisme para guru dan juga siswa. Mungkin perlu kita renungkan kembali apa yang dikatakan Bapak Fuad Hasan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Mendiknas ) era Orde Baru dulu.

Beliau memberi nasihat yang menurut saya sangat arif, yaitu perlu dibedakan antara mendidik dan mengajar, meluluskan dan membentuk karakter. Jika hasil mengajar adalah pengetahuan (yang hanya sekedar tahu), tetapi hasil mendidik adalah pengetahuan sekaligus pribadi yang berkualitas. Satu lagi petuah sekaligus pertanyaan Pak Fuad, bukankah implementasi dari pendidikan adalah kebudayaan?


Makanya dulu di zaman Soeharto, pendidikan ideologi dan moral sangat digalakkan. Sedangkan sekarang, kita menjadi sok pintar dengan mengajarkan sesuatu tidak pada porsinya, sehingga anak kelas dua sekolah dasar sudah diberi materi yang muluk-muluk tapi sebenarnya tidak perlu. 


Akhirnya kita melihat ada lulusan yang bernilai akademik tinggi tapi berkarakter bobrok. Di sinilah kaum guru dituntut untuk memberikan peran mengenai bagaimana membentuk karakter peserta didik dan kembali membangun kultur bahwa guru adalah teladan yang wajib dihormati karena sesuai adagium orang Jawa yang populer, digugu Ian ditiru.

Guru seharusnya menjelma sebagai seorang resi atau begawan, yang menempa dan mengajarkan peserta didiknya berbagai tingkat keutamaan dan keluhuran selain keterampilan hidup dan tuntutan penguasaan teknologi. Karena, benteng akhir peradaban dan identitas bangsa Indonesia ada pada sikap dan budayanya. Bukan kita yang harus tergerus budaya dan cara hidup dari luar.

Penulis : Adi Esmawan, Lahir dan Besar di Wanayasa, Banjarnegara


Tulisan ini pernah di publikasikan Adi Esmawan di Harian Suara Merdeka edisi 01 November 2010
Share:

Yang Terlupakan dari Banjarnegara

(Senja beranjak malam di Desa Wanaraja, Banjarnegara- Jawa Tengah)
Kabupaten yang secara administratif berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah ini, pada akhir tahun 2014 silam menjadi headline di media masa nasional. Masih hinggap dalam ingatan, ketika peristiwa bencana tanah longsor meluluhlantakan dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara.


Sejak peristiwa duka itu, nama Banjarnegara menjadi terkenal ke penjuru nusantara. Hal ini ditambah dengan kunjungan Presiden Indonesia yang ketujuh, Ir. Joko Widodo yang meluangkan waktu menengok korban tanah longsor waktu itu.


Sebenarnya, selain menjadi daerah yang rawan bencana tanah longsor karena topografinya yang curam dan berbukit, Banjarnegara adalah mutiara terpendam yang menyimpan sejuta potensi. Baik potensi kekayaan alam, keanekaragaman hayati, kearifan lokal, warisan seni budaya, hingga potensi pariwisata. Dan inilah yang terlupakan dari kabupaten kecil bernama Banjarnegara.

Potensi kekayaan alam yang umum adalah kesuburan tanahnya yang masih terjaga dari pencemaran dan limbah industri. Utamanya, untuk wilayah Banjarnegara bagian atas seperti Karangkobar, Wanayasa, Pejawaran, Kalibening dan Batur (Dieng). Karena itu, investasi di bidang pertanian dan agribisnis di daerah ini sangat cocok.

Potensi keanekaragaman hayati adalah banyaknya hutan lindung homogen dengan jenis tanaman kayu puspa dan rasamala yang masih terjaga kelestarianya. Hutan lindung ini terbentang di kaki Gunung Ragajembangan, meliputi beberapa desa di Kecamatan Wanayasa. Di kawasan ini meskipun tidak ada data yang pasti, masih ada berapa satwa langka yang hidup, antara lain  Harimau, Kijang Menjangan, Landak, Ular Piton, berbagai jenis burung hutan, dan babi hutan.

Untuk jenis potensi kearifan lokal, seni budaya dan pariwisata, ada kawasan Dataran Tinggi Dieng yang menawarkan eksotisme keindahan panorama dan jejak sejarah dengan adanya peninggalan Candi dan Arca  bercorak Hindu. Juga beragam kesenian tradisional seperti embig, jhatilan, jepin, wayang kulit dan sebagainya.

Untuk souvenir dan karya dari industri kreatif, ada kerajinan keramik dari Purwareja-Klampok Banjarnegara yang sudah menembus pasar ekspor. Motif keramik yang khas dan kualitas high level, sangat cocok sebagai buah tangan untuk menambah keindahan interior rumah anda.

Untuk kuliner, Banjarnegara punya dawet ayu yang khas dan mendunia. Silahkan saja mampir ke alun-alun Banjarnegara untuk membuktikan. Selain itu, ada juga buntil berbahan baku daun talas (lumbu), dan klatak  athos yang bisa anda temukan di toko galleri oleh-oleh sepanjang Karangkobar – Wanayasa – Batur – Dieng.

Meski belum menonjol, baik pembangunan ekonomi maupun frekuensi investor yang menanamkan modalnya di Banjarnegara, namun para pelaku usaha kecil di sana masih optimis, bahwa waktu akan membawa keadaan lebih baik dan sejahtera.


Salam dari Banjarnegara.
Share:

Definition List

Unordered List

Support