Entah sejak kapan, setiap
satu Mei diperingati sebagai hari buruh sedunia dan Indonesia menjadikannya
hari libur. Hamba benar-benar lupa. Namun, setidaknya itu sebuah pertanda,
bahwa profesi “buruh”, bukan sembarang kasta sosial yang acap kali diremehkan
dalam panggung kehidupan modern.
Buruh secara kasat mata memang bagian dari
industri. Ia adalah tangan dan kaki sebuah peradaban ekonomi. Tanpa buruh, bisa
dibayangkan dampaknya. Atau andaikata buruh mogok kerja secara massif selama
satu minggu saja. Laju ekonomi akan terhenti dan berdampak sistematik ke
seluruh sendi kehidupan.
Ironisnya, manajemen
buruh di Indonesia terlalu menguntungkan pengusaha. Hal ini tergambar dengan
jelas dengan adanya undang-undang tenaga kontrak atau outsorching. Buruh
masih dipandang sebagai tenaga pakai yang bisai diberhentikan setiap saat.
Tapi sudahlah, itu
tidak perlu diperpanjang. Nyatanya, para buruh masih sanggup hidup hingga detik
ini di tengah kompetisi ekonomi negara-negara dunia yang kian tidak menentu.
Buruh masih dapat berdiri tegak, tanpa harus menengadahkan tangan untuk
menghidupi keluarga.
Dan asa itu masih
terpampang jelas di depan mata. Bahwa pada saatnya nanti, manusia di penjuru
negeri ini akan tau bahwa buruh adalah
profesi terhormat dan sangat penting
dalam memandu laju ekonomi.
Dan tidak usah lagi
memperdebatkan definisi buruh, dan sejak kapan istilah ini populer dipakai. Baiknya kita merenung, bahwa
buruh adalah bagian dari struktur kehidupan yang sekali lagi : teramat penting.
Ya, buruh adalah manusia istimewa.
Selamat hari buruh
sedunia, saudaraku.
Adi Esmawan,
owner www.jurnalva.com
0 komentar:
Posting Komentar