Pernyataan Menteri
Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli yang meminta kebijakan token listrik
prabayar dikaji kembali, cukup menarik dan menyentak perhatian publik. Selama
ini, sistem pembayaran listrik secara prabayar melalui token (pulsa) listrik
dianggap sebagai sebuah terobosan baru yang inovatif dan efisien.
Bahkan, PLN menyebutkan
diantara keunggulan listrik prabayar adalah pengguna lebih leluasa dalam
mengendalikan pemakaian listrik, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pengguna. Tetapi nyatanya di lapangan, justru lebih banyak memberatkan masyarakat
.
Menteri Rizal Ramli
menyebutkan, masalah utama dalam token listrik prabayar adalah ketersediaanya
yang terbatas dan harga yang mahal akibat pembengkakkan biaya administrasi.
Beliau mencontohkan, jika membeli pulsa listrik Rp.100.000,-, listriknya hanya
Rp. 73.000,-. “Kejam sekali itu, 27%
disedot oleh provider yang setengah mafia”, ujar Rizal Ramli.
Pakar ekonomi jebolan
Amerika tersebut juga menuding ada monopoli sistem tarif listrik. Ia bahkan
menenggarai ada mafia di balik megaproyek token listrik.
Jika memang kenyataanya
demikian, maka sistem pembayaran listrik prabayar perlu dikaji kembali.
Apalagi, banyak masyarakat yang mengeluh karena sistem inputnya lebih rumit
daripada listrik pasca bayar dengan sistem analog.
Contohnya di pelosok desa
yang masih banyak penyandang buta aksara. Dalam membeli token listrik dan
menginputnya, masih mengalami kesulitan. Kemudian banyak terjadi token yang
masuk lebih mahal dari nilai yang dibeli. Apalagi jika membelinya dengan jumlah
yang kecil, maka dihitung-hitung lebih mahal biaya administrasi dan “pembengkakan”
tarif daripada pulsa listriknya.
Seharusnya, PLN bijaksana
dan tidak hanya mengejar profit belaka. Urusan tarif listrik berkenaan dengan
hajat hidup rakyat. Jika yang dipakai adalah logika korporasi dengan “untung”
sebagai target utama, maka rakyat yang “buntung” dan sama dengan drakula yang
menyerap darah anaknya sendiri.
Author : Adi Esmawan
Sumber gambar : Laman Resmi PLN
0 komentar:
Posting Komentar