Jurnal Wawasan dan Inspirasi Kehidupan

Bank Sampah, Manajemen Efektif Pengelolaan Sampah

Jangan pernah menganggap enteng masalah sampah. Ya, sampah kadang menjadi musuh paling serius dalam...

Budaya Sambat, Gotong Royong yang Mulai Luntur

Tanpa kita sadari namun sangat kita rasakan, banyak kebaikan dan kearifan yang hilang seiring berjalannya zaman. Dulu, jika..

Programer : Seniman Tingkat Tinggi?

Judul di atas mungkin terlalu “narsis” atau terkesan menempatkan programer pada derajat yang amat terpuji. Tapi agaknya itu yang

Membaca Soekarno, Soeharto dan Indonesia Kita

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya

Sebentar Lagi, Guru Akan Tersingkir?

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya menjalankan fungsi “pengajaran”, pakai komputer saja. Tidak usah dan tidak perlu bimbingan guru.

Membaca Gontor dari Kiprah Para Alumni


Mari kita rehat sejenak dari kegaduhan. Mengungsi dari hiruk pikuk dinamika politik membosankan yang kian hari kian bertambah tinggi tensi dan pernak-perniknya. Jangan lupa berdo’a agar bangsa ini tidak terjebak pada kubangan perpecahan dan pertentangan yang tak berkesudahan.

Kita ajak “pikiran” kita untuk safari saja ke Ponorogo, Jawa Timur. Menengok  lebih dekat “perguruan istimewa” yang telah menghasilkan pendekar-pendekar hebat yang mengisi jagad Indonesia.

Mari kita mulai. Siapa yang tidak kenal KH Idham Chalid, sang pejuang, politisi dan Ketua Tanfidziyah PBNU paling lama menjabat (1952 – 1984). Ada cendikiawan dan pendiri Paramadina, Prof. Dr. Nurcholis Madjid, tokoh nasional KH Hasyim Muzadi, ulama terkemuka Prof. Dr. KH Din Syamsudin, politisi senior Dr. Hidayat Nur Wahid, mantan ketua KPK Adnan Pandu Praja, Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin, hingga tokoh pendiri MMI Ustadz Abu Bakar Baasyir, dan sederet nama “penting” lainya adalah para pendekar alumni “perguruan istimewa” yang dimiliki tanah air ini.

Ya, benar. Lembaga pendidikan tersebut adalah Pondok Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo yang pada tahun 2016 ini genap berusia sembilan dasa warsa.

Didirikan oleh tiga bersaudara putra Kyai Santoso Anom Besari, yakni KH. Ahmad Sahal, KH. Zaenudin Fananie, dan KH Imam Zarkasyi. Ketiga pendiri ini kemudian terkenal dengan istilah trimurti  Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.

Apa sih istimewanya Pondok Modern Darussalam Gontor?

Penulis sendiri belum pernah berkunjung secara langsung ke kampus Gontor yang sudah memiliki puluhan pondok cabang di seluruh penjuru tanah air dan ratusan pondok alumni. Namun demikian, penulis mencoba “meraba dan membaca” keistimewaan pondok Gontor melalui buku-buku, media dan terpenting adalah “membaca kiprah para alumni” pondok Modern Gontor dalam kancah sejarah Indonesia. Alumni adalah “output” yang kita anggap sebagai hasil cetakan sebuah produk pendidikan. Mudah saja kita menilai apakah sebuah lembaga pendidikan itu kompeten atau tidak, dilihat dari kiprah para alumninya.

Dan alumni Gontor sangat menarik untuk dikaji. Dimana Gontor adalah perguruan yang menghasilkan tokoh “papan atas”  dengan keragaman dan perbedaan pemikiran. Mungkin karena Gontor “berdiri di atas dan untuk semua golongan”, sehingga alumni-nya mengisi warna-warni pandangan keber-agamaan di Indonesia.

Jika KH Idham Chalid yang merupakan tokoh Nahdlatul Ulama, juga KH Hasyim Muzadi. Maka ada Prof. Din Syamsudin yang merupakan tokoh Muhammadiyah. Jika Nurcholis Madjid merupakan tokoh modernis dan cenderung “liberal”, maka ada Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang cenderung konservatif dan radikal. Luar biasa. Satu perguruan dengan beberapa perbedaan pemikiran.

KH Hasyim Muzadi pernah memaparkan panjang lebar bagaimana “kesan dan kenangan” saat beliau nyantri di Gontor. Bagi beliau, Gontor bukan hanya mengajarkan keilmuan (dirosah), tapi Gontor justru mengajarkan kehidupan secara utuh. Ingat bahwa keilmuan adalah bagian dari kehidupan, bukan kehidupan bagian dari keilmuan. Jadi, apa yang dilihat, didengar, dibiasakan, dikaji, dibaca,  dipahami dan dirasakan di Gontor adalah “pendidikan” yang utuh.

Trimurti pondok Gontor bukan hanya mewariskan sebuah lembaga berujud fisik bangunan pesantren. Lebih dari itu, trimurti pondok gontor telah mengestavetkan nilai-nilai perjuangan, semangat dan keteladanan yang akan hidup sebagai “mesin pencetak” tokoh-tokoh yang akan mengisi  dan melanjutkan perjuangan tri murti untuk bangsa ini.

Di Gontor memiliki motto yang menjadi pusaka: (1) berbudi tinggi, (2) berbadan sehat, (3) berpengetahuan luas dan (4) berpikiran bebas.

Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), yang teryata merupakan drop out dari Gontor menjelaskan,bahwa keempat motto di atas adalah proses runtut sistem pendidikan Gontor yang tidak boleh dibolak-balik. Keempat ini adalah formula yang paling pas untuk mencetak “manusia unggul” yang dibutuhkan agama dan bangsa.

Jangan lupa, bahwa akhlaqul karimah harus diimbangi dengan raga yang sehat, pengetahuan yang luas dan baru berpikir secara bebas. Tidak boleh berpikir bebas dulu baru berpengetahuan luas.
Selain itu, Gontor juga memiliki  Panca Jiwa, yakni keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah Islamiyah, dan kebebasan. Panca Jiwa ini diajarkan bukan hanya dengan teori, tapi dipraktikan langsung oleh tiap santri dengan tahapan dan “dosis” yang pas.

Kembali kepada kiprah alumni. Gontor telah membuktikan pada dunia, bahwa alumni hasil didikan pesantren bukanlah orang sembarangan. Mereka punya kompetensi dan kapastitas yang sangat dibutuhkan Indonesia dan dunia.

Presiden Joko Widodo pada acara resepsi kesyukuran Gontor  mengatakan, bahwa Pondok Gontor telah membuktikan bahwa lembaga ini mampu bersaing, dibuktikan alumninya turut berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Ada yang duduk di eksekutif, pimpinan DPD, legislatif dan profesional lainya.

Dan sejarah membuktikan, bahwa alumni Gontor telah mengabdikan ilmunya untuk bangsa dan negara. Banyak diantaranya adalah para Guru Besar bergelar Profesor Doktor. Para ahli bahasa asing, diplomat, menteri, wakil menteri, pimpinan lembaga tinggi negara, dan lain sebagainya.

Dan terpenting adalah pesan dari Trimurti, “Orang besar menurut Gontor, bukanlah orang yang terkenal dan kaya, tapi sesungguhnya mereka yang mau mengajar walau di surau-surau kecil. Mereka yang bermanfaatlah yang bisa disebut orang besar”.


Juga wejangan KH Imam Zarkasyi, “Kalau saya punya santri mau berjuang kedesanya, membina dakwah dalam desa itu, anak seperti itu cukup besar bagi saya

Terakhir, kita butuh gontor-gontor di seluruh penjuru tanah air.  Mengajarkan, menyebarkan dan mendidik anak bangsa dengan “cara” dan metodenya yang luar biasa.

Salam.

Penulis : Adi Esmawan, owner jurnalva.com



Share:

Waspada Virus Cerber Ransomware!

Bagi para pengguna komputer yang belum tau apa itu virus cerber ransomware, waspadalah! Ini adalah virus ganas yang menyerang pengguna komputer, utamanya pengguna windows. Cerber menyerang komputer dengan cara meng-enkripsi­ semua file yang ada pada komputer anda. Enkripsi adalah merubah data asli menjadi data yang hanya si perubah data yang dapat merubahnya kembali.

Nah, setelah file anda dirubah dan diacak-acak oleh virus cerber, maka untuk mengembalikanya kembali, anda akan  digiring pada sebuah web tertentu dan diminta untuk membayar tebusan. Jika tidak dibayar, data anda akan hilang selamanya! Ya, karena untuk mengembalikan data kembali seperti semula, file yang ter-enkripsi harus di dekrip kembali, dan hanya siperubah atau si pembuat virus yang tau kunci untuk merubahnya kembali.

Memang, para pakar IT dan para pembuat antivirus sedang mencari cara untuk mengatasi virus cerber ransomware . Namun mencegah lebih baik dari mengobati.

Beberapa tips untuk mencegah virus cerber ransomware :
1.   Jangan coba-coba atau iseng membuka link website yang mencurigakan, yang kemudian menawarkan dan meminta kita untuk menginstal program tertentu.
2.   Hati-hati saat mendwonload data, jangan-jangan data atau file yang kita dwonload adalah virus berbahaya. Pastikan situs penyedia dwonload adalah situs terpercaya.
3.   Hati-hati dengan ad fly atau situs penyedia dwonload (pasar dwonload), karena kebanyakan virus berasal dari sini. Meskipun tidak semua yang tersedia disana adalah virus;
4.   Jangan pernah coba-coba membuka email dari orang tidak dikenal, apalagi jika dibuka kemudian meminta kita untuk menginstal program
5.   Gunakan anti virus berlapis guna mengantisipasi segala kemungkinan
6. Untuk jaga-jaga, simpan file-file penting anda di device atau media penyimpanan eksternal.

Jika komputer anda sudah terkena cerber ransomware, jalan terbaik adalah instal ulang sampai bersih. Jika anda browsing di google kemudian ada situs yang katanya mampu mendekrip file dan mengembalikan file, maka itu sulit dipercaya. Kalaupun bisa, harus di dekrip satu persatu (per file), dengan sistem upload-dwonload. Biasa dibayangkan berapa waktu yang dibutuhkan. Dan datapun tidak akan kembali sempurna seperti sediakala. Tetap waspada.


Author : Adi Esmawan, mahasiswa semester VII STIMIK Tunas Bangsa Banjarnegara, Jurusan Sistem Informasi
Share:

Penting : Al Qur’an dan Pedoman Seleksi Berita

Pasti sudah kelewat sering kita menemukan berbagai informasi palsu, hoak, hingga bernada fitnah dan propaganda. Media sosial dan ruang mayantara, selain menjadi pasar informasi yang murah meriah dan ladang berekspresi, juga seolah menjadi medan pertempuran aneka kepentingan. Akhirnya, kita temukan untaian caci maki dan lempar kebencian di status-status media sosial, di meme-meme instagram, bahkan lintas media.

Mungkin pembaca merasakan apa yang saya rasakan : kekhawatiran, keresahan dan keprihatinan yang mendalam. Atau mungkin rasa jenuh, bosan, dan antipati terhadap aneka kebohongan, kepalsuan, kedengkian, umpat-caci maki dan merasa benar sendiri. Atau jangan-jangan, secara sadar ataupun tidak, kita adalah bagian dari semua itu?

Tak jarang, kita ikut terseret dalam pusaran saling serang kata-kata (yang sebenaranya tidak perlu) hanya untuk membenarkan pendapat kita, golongan kita, atau yang sefaham dengan kita. Juga soal lempar caci maki terhadap pihak yang tidak kita sukai, debat kusir, merendahkan ahli ilmu, hingga meremehkan nash-nash agama. Sekali lagi hanya di ruang perdebatan sosial media. Karena praktiknya (saya sendiri) nol besar.

Beberapa waktu lalu, saya sempat merasa kasihan dengan korban salah bully yang bernama Muhammad Alif Syahdan. Hanya gara-gara nama belakangnya sama dengan pelaku pengaduan dan pemukulan guru di Makasar. Ia dibuli oleh orang se-Indonesia lewat akun instagramnya. Foto-fotonya dicaci maki ratusan ribu orang. Bahkan tercantum di media online berkelas tanah air. Ini contoh kecil.

Apakah itu semua adalah kecerobohan kita? Ego kita? Kepongahan kita? Yang mau menerima dan melahab saja segala berita yang bersliweran di jagad mayantara?

Atau jangan-jangan kita kurang cerdas dan bijaksana mengolah informasi. Karena pada tahap gawat, kita akan mudah sekali diadu domba, diobok-obok, saling membenci, saling serang  hingga saling bermusuhan sesama saudara.

Mari kita merenung dan mencari petunjuk Ilahi dari mushaf Al Qur’an, kita sebagai umat muslim disindir dengan keras oleh Allah dalam Al Quran Surat Al Hujurat ayat 6 :
يَأُيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيْبُوا قَومًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang beriman! Jika datang kepadamu orang fasik yang membawa sesuatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan(kejahilan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”

Ayat ini jelas-jelas  dan sangat tegas meminta kita untuk meneliti kebenaran suatu berita. Berita dari siapa? Dari orang fasik. Siapakan orang fasik?
Ada beberapa pendapat mengenai definisi orang fasik :

Orang fasik adalah orang mukmin atau orang muslim yang secara sadar melanggar ajaran Allah (Islam) atau dengan kata lain org tersebut percaya akan adanya Allah, percaya akan kebenaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW tetapi dalam tindak perbuatannya mereka mengingkari terhadap Allah dan hukumNya, selalu berbuat kerusakan dan kemaksiatan. 

Firman Allah: 
“Orang Fasik adalah orang yang melanggar perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerosakan dimuka bumi. Mereka itulah orang yang rugi” [QS Al Baqarah:27] 

Nah dari definisi dan ciri-ciri orang fasik di atas, saya sendiri merasa tersindir, jangan-jangan saya masuk kategori orang-orang yang fasik? Mudah-mudahan Alloh menunjukan kita jalan yang lurus.

Kembali ke topik. Bahwa menyeleksi suatu berita, memastikan kebenaran dan menelaah secara cerdas dan bijak suatu informasi, adalah suatu keharusan bagi orang-orang mukmin. Ini perintah Al Qur’an.

Apalagi, berita yang bersumber dari media-media yang memang provokatif dari golongan tertentu. Kita harus selektif dan jangan mudah terprovokasi.

Begitupun saat kita menyebarkan berita. Jangan sampai, kita sebagai orang  mukmin justru menyebarkan berita palsu, hoak, dan menipu. Atau informasi yang mengandung unsur kebencian, fitnah, propaganda dan memecah belah umat. Jangan sampai kita yang bukan orang fasik, justru menyebarluaskan berita yang kotor dan hina.

Mudah-mudahan bermanfaat. Kita sambung lain waktu.

Author : Adi Esmawan, Pengasuh Muhibul Qur’an Study Club
Share:

Surat Terbuka untuk KPI : Selamatkan Anak-Anak Kita dari Sinetron Buruk!

Komisioner KPI yang terhormat, generasi negeri ini dalam kondisi darurat moral. Jiwa dan national building-nya sedang di ambang keruntuhan. Fakta dan data tentang ini sama-sama kita ketahui. Angka kenakalan remaja, kekerasan fisik terhadap anak yang pelakunya juga masih anak-anak hingga kejahatan seksual terhadap anak di bawah umur yang berakhir kisah pilu, cukup menjadi  warning bagi kita semua, betapa generasi penerus bangsa dalam kondisi darurat.  Belum lagi soal lunturnya norma-norma adat, morals law, dan nilai-nilai agama
Lalu apa peran tayangan televisi, khususnya sinetron yang disajikan kepada anak-anak dan remaja di negeri ini? Tentu tuan-tuan dari komisioner KPI telah faham betul, bagaimana pengaruhnya tontonan itu bagi anak-anak kita, adik-adik kita. Jika ada yang belum paham, silahkan cari artikel dari hasil penelitian yang begitu melimpah ruah, tentang bagaimana berpengaruhnya tayangan televisi terhadap perkembangan mental, pola pikir dan cara hidup anak-anak kita.

Tuan-tuan KPI yang saya muliakan. Jujur saya heran, ketika bertamu di halaman situs resmi  KPI saya disambut dengan slogan indah “Mari Wujudkan Tayangan yang Sehat dan Bermanfaat”.  Tapi dalam kenyataan, sinetron-sinetron dan tayangan-tayangan tidak sehat dan tidak bermanfaat bergentayangan bagai hantu-hantu yang menghantui masa depan anak-anak kita, adik-adik kita? Apakah itu hanya isapan jempol atau sekedar tulisan untuk menghibur kami wahai tuan-tuan komisioner KPI? Atau, apakah KPI sekarang hanya sebagai macan ompong yang tidak bernyali menghadapi korporasi-korporasi industri film dan sinetron yang tega meraup untung dengan menyajikan sinetron yang meruntuhkan pembangunan jiwa yang telah puluhan tahun dibangun oleh pendiri bangsa ini? Apakah tuan-tuan gentar dan gemetar berhadapan dengan jargon kebebasan berekspresi dan Hak Asasi Manusia yang menjadi senjata untuk meruntuhkan karakter bangsa ini secara pelan?

Sebagai contoh, coba tuan-tuan tonton dengan seksama sinetron anak jalanan di RCTI. Sinetron macam apa itu? Yang menyajikan drama glamour tidak masuk akal, mengajarkan anak-anak kampung nun jauh di pelosok desa untuk bergaya dengan motor sporty, membentuk geng, berseteru antar geng, bergaya hidup mewah dan hedonis materialistik, hinga adegan-adegan yang meruntuhkan norma-norma adat ketimuran yang berlaku di masyarakat Indonesia.

Bukankah, kita sudah jengah dengan tawuran antar pelajar. Kekerasan dan tindak kriminal diantara para remaja?

Adalagi sinetron SUPER PUBER SCTV. Lihat sinetron yg peran dan objeknya anak-anak ABG itu? Menyajikan drama anak-anak SMP sudah bermain cinta-cinta-an layaknya anak dewasa, malam-malam kencan masih berseragam sekolah, bergandengan tangan, berdua-an di tempat sepi dan aspek negatif lainya. Dimana edukasinya? Dimana manfaatnya? Silahkan evaluasi sendiri tuan-tuan komisioner KPI yang terhormat.

Bukankah kita juga sudah muak dengan tindak asusila yang pelaku dan korbanya masih anak-anak? Sudah terlalu getir menyaksikan fenomena aborsi, bunuh diri dan hancurnya masa depan ribuan anak bangsa gara-gara menjadi pelaku dan korban asusila?

Atau jangan-jangan, kita masih saja takut dengan pendapat bahwa tontonan hanya sebatas hiburan? Kalau mau edukasi ya di sekolah saja? Kalau mau cari ilmu agama ya di masjid saja? Kalau mau inspirasi ya baca buku saja? Itu semua pendapat picik. Bukankah, dengan film kita bisa mendidik anak-anak kita dengan lebih efektif dan menarik? Bukankah dengan film atau sinetron kita mampu menyampaikan pesan-pesan kebaikan dengan kemasan yang mudah dicerna anak-anak dan adik-adik kita?

Terakhir, apakah tuan-tuan komisioner KPI dan para pelaku industri film /sinetron di tanah air tidak pernah membaca sindiran “Guru dibayar murah untuk mendidik anak bangsa, sedang artis dibayar mahal untuk merusaknya?”

Semoga saja, di atas segalanya, bukan uang yan berkuasa. Saya yakin tuan-tuan di KPI masih memiliki  keluhuran niat untuk menyelamatkan kembali pembangunan karakter bangsa yang digagas oleh pendiri bangsa, Bung Karno.  KPI melalui kewenangannya yang diatur oleh undang-undang, harus segera menjawab keresahan masyarakat khususnya orang tua terhadap tayangan sinetron buruk dan tidak mendidik!


Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya!

Adi Esmawan, Pengamat Media. Owner blog jurnalva.com
Share:

Titip Salam buat Jenderal

Jiwaku turut berbangga, saat layar kaca menayangkan secara live acara pelantikanmu yang sangat sakral dan khidmat itu. Detik-detik penyematan tanda pangkat oleh orang nomor satu di negeri ini membuatku berdecak kagum dan haru.
“Beruntung benar kau Dito. Tak sia-sia belajarmu yang susah payah itu”, batinku sambil menahan gembira.
“Itu Mas Dito yang sedang dilantik oleh Presiden to pak?” Istriku bertanya sambil menyuguhkan kopi di depanku.
“Iya bu. Itu Dito, teman bapak sejak SD. Tak kusangka, dia kini sebagai orang besar dan begitu penting di negeri ini. Bapak bangga sekali punya teman seperti dia”.
“Hmm, bapak boleh berbangga punya teman seperti Pak Dito. Tapi beliau kayaknya sudah lupa deh sama bapak”, seloroh istriku sambil masuk kamar tidur.
Aku tak menjawab. Ku ambil remote TV dan kutekan tombol off. Maklum, acara pelantikan live telah usai. Bayangan masa kecil kembali hinggap di kepalaku.
Namanya Dito. Wajahnya putih bersih, berperawakan tegap. Gagah. Sorot matanya tajam seperti elang. Pendiam  namun murah senyum. Tapi, dia bukan tipe anak yang suka bercanda. Gurat wajahnya serius.
Dia dari kalangan biasa saja. Bapaknya pegawai negeri di lingkungan Pemkab, sementara sang ibu adalah pengurus rumah tangga. Rumahnya biasa saja. Apalagi gaya hidupnya. Meskipun anak seorang PNS, dia tidak mau pakai sepeda onthel apalagi motor. Dia pilih jalan kaki atau naik angkutan umum kalau berangkat ke sekolah. Tidak neko-neko.
Dan yang lebih menganggumkan, Dito adalah anak yang sangat keras dalam belajar. Bayangkan, sebelum berangkat sekolah, ia sempatkan belajar. Pulang dari sekolah belajar. Sore belajar. Sebelum tidur belajar. Coba kalau saya, ah, belajarnya hanya menjelang ujian catur wulan dengan sistim kebut semalam.
“Pak..pak.., itu hp-mu bunyi”, teriak istriku dari dalam kamar. Spontan aku masuk kamar dan meraih ponsel mungilku yang sedang dicas.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumus salam. Ini benar nomornya Pak Taufik?”
“Ya benar, ini siapa?”
“Alhamdullilah, ini sahabatmu, Dito”
“Dito yang Jenderal itu??”
“Ah, bukan, Dito sahabatmu dari SD. Kamu datang ya di acara syukuranku. Nanti  hari H dan jam D nya saya SMS. Sudah dulu ya, saya tunggu di Jakarta. Assalamu’alaikum”.
“Halo... halo.., mas Dittto...”, suara telephon terputus. Sudah ditutup ternyata.
“Bu, apakah saya mimpi?? Ini barusan yang telpon Jenderal Dito dari Jakarta? Sahabat sejak kecilku itu? Bu..., ibu...???
Terasa ada yang menggoyang-goyang tubuhku.
“Pak, bangun pak. Bapak mimpi apa to pak?? Pak...”
Aduh. Ternayata aku hanya mimpi, ketiduran setelah menonton acara pelantikan. Mungkin orang Jawa menyebutnya “dakelu”, harapan yang terbawa mimpi. Ya, mimpi bertemu sang Jenderal dan mengucapkan selamat bertugas kepadanya.

Titip salam saja  buat Jenderal. Semoga tetap amanah dan semakin setia pada bangsa.

Cerita ini hanya FIKTIF belaka :D 
Share:

Perintah Al Qur’an dalam Transaksi Keuangan

Pernahkah anda berhutang atau memberikan pinjaman? Pasti sering. Apalagi kalau punya teman, saudara, atau keluarga yang rajin berhutang. Yang sabar ya.

Dan kadang kegetiran itu terjadi. Saat anda dengan enteng memberikan pinjaman uang kepada sahabat dekat atau teman sejawat bahkan saudara. Dengan alasan kedekatan hubungan atau mungkin karena jumlah-nya yang tidak seberapa, anda ogah mencatatnya walau hanya sekedar hari tanggal, jam dan jumlah transaksi hutang untuk diketahui bersama. Nah, pas giliran anda sendiri butuh uang itu dan menagih, eh, dia-nya pura-pura lupa. Apa yang anda rasakan? Nyesek pastinya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu hutang-piutang adalah bagian dari kegiatan perekonomian (muamalah) yang wajar dan lumrah. Jangankan setingkat individu dan keluarga, antar negara-pun pasti punya kegiatan hutang-piutang. Jadi bagi anda yang punya banyak hutang, jangan malu karena banyak teman. Cukup ya bercandannya.
Nah, Allah SWT ternyata memberikan garis haluan yang tegas terhadap masalah hutang-piutang atau transaksi keuangan tidak tunai dalam waktu yang lama. Misalnya perjanjian sewa-menyewa atau kontrak barang dan jasa. Hal ini ditegaskan dalam Al Qur’an Suroh Al Baqarah ayat 282 :

Ya ayyuhalladzina amanu idza tadayantumim bidainin ilaa ajalim mutsamma faktubu, wakyaktubu bainakum katibum bil ngadli wa la ya’ba kaatibun ayyaktubu kama ngallamahulloh...

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya.....

Jadi, menulis transaksi itu hukumnya wajib atau fardhu. Entah itu transaksi kas keluar masuk, perjajian sewa-menyewa, hutang piutang, perjanjian investasi dan kegiatan muamalah lainnya. Kalau anda (dan saya) masih mbalelo tidak mau mencatat, itu artinya kita mengingkari perintah Allah SWT (na’udzubillah).

Dan jelas, perintah Allah SWT di atas itu untuk kebaikkan dan kemaslahatan kita. Sebelum para pakar akuntansi meyakinkan kita untuk mencatat segenap transaksi, ternyata Al Qur’an sudah duluan memerintahkannya. Luar biasa!

Tapi terkadang, yah kita umat Islam yang sering baca Qur’an, punya Al Qur’an, tapi malah tidak tau dan tidak mau tau tentang pedoman muamalah dalam Al Qur’an. Maka akhirnya, kita jumpai perilaku (kita) umat Islam jauh dari standar etik (nilai) yang telah digariskan Al Qur’an.


Satu lagi, di permulaan ayat Suroh Al Maidah, jelas sekali orang-orang beriman diperintahkan untuk menepati janji. Artinya, menepati janji itu hukumnya juga wajib, sama seperti sholat wajib dan puasa ramadhan. Tapi kok, hampir saban hari kita mengingkari janji? Memberikan harapan palsu? Obral janji kosong? Nah kan, jauh lagi dari standar nilai al-Qur’an?

Kesimpulan dan penutup, ayo kita back to Al Qur’an. Bukan hanya pada urusan ibadah secara vertikal kepada Tuhan, tapi juga bagaimana Al Qur’an mengatur hubungan kita secara horisontal terhadap sesama manusia (habluminannas) dan terhadap alam semesta (hablu minal ‘alamin). Jangan bola-bali kalau bukak Al Qur’an yang dibuka hanya Yaasin. Atau lebih parah, yang dicari hanya ayat pembenaran untuk menuduh thaghut, melakukan perang dan menyalahkan orang lain.

 Jangan lupa, siapkan kwitansi kalau mau transaksi ya..

Wallohu’alam bis showab.

Adi Esmawan, 12 Juli 2016
Share:

Inilah 3 Pekerjaan Paling Menyenangkan Sepanjang Masa!

Yap, kali ini jurnalva.com akan menyajikan artikel dengan tema yang enjoy. Oke kita mulai saja. Sesuai judul, artikel ini akan mengulas tentang 3 pekerjaan paling menyenangkan dan paling mengasyikan sepanjang masa! Penasaran kan?

Pekerjaan paling menyenangkan pertama versi jurnalva adalah, Pemandu Acara Wisata Kuliner. Pernah lihat kan di televisi? Bayangkan saja coba, pekerjaan pemandu acara kuliner itu, kerjaanya disuruh jalan-jalan alias plesir, kemudian mencari tempat-tempat makan yang unik, khas dan otomatis uenak alias maknyus. Disuruh nicipin makanan, menilai lalu memberi kesimpulan soal cita rasa. Kurang greget apa coba? Agan-agan semua pengen kan jadi pemandu acara wisata kuliner? Gajinya juga tinggi lho. Dah gitu sering nongol di layar kaca. Jadi hits dan banyak fans kan??

Pekerjaan paling menyenangkan kedua, adalah fotografer di bidang travelling. Ini juga greget. Bayangkan, para fotografer itu pasti kan hobinya jeprat-jepret alias membidik objek-objek indah. Nah, kemudian dia kerjanya khusus memfoto dan meliput tempat-tempat wisata indah diseluruh penjuru dunia. Tinggal plesir, jeprat-jepret, review tempat wisata. Kemudian dibayar mahal. Bayangkan! Kerjanya liburan kan? Pengen nggak kalian?

Pekerjaan paling menyenangkan ketiga nih, adalah  pemain bola. Otomatis yang kelas dunia dong. Yang baru tingkat RT, atau kelurahan, saya doakan deh kelak akan jadi pemain bintang! Diaminkan dalam hati ya.

Gimana nggak asyik coba jadi pemain sepak bola ternama. Bayangkan kalau anda itu Christiano Ronaldo, Messi atau pemain mega bintang favorit anda. Udah ganteng, kaya raya, baik hati dan banyak penggemarnya. So, secara gitu. Main bola kan hoby, menyehatkan, semua kalangan suka, dah gitu dibayar mahal. Kurang greget apa coba! Asal, tambahin ya : tinggi, besar, ganteng. Lengkap sudah. Hehe

Nah, itu tiga pekerjaan paling menyenangkan versi jurnalva. Kalau kategori “paling mulia, paling diminati, paling bergengsi, paling mahal dan paling.... yang lain, silahkan cari sendiri.

Eh, saya tambahin yang keempat ya, agar tidak ada yang protes. Bahwa semua pekerjaan itu, kalau dinikmati, disyukuri dan dicintai, pasti mengasyikan kok. Bekerja itu kuncinya adalah “bisa melaksanakan tugasnya dengan baik”, dan selesailah perkara. Mau dia CEO, founder, komisaris utama, direktur utama,  Presiden , Menteri, pemimpin redaksi, jurnalis, artis, Guru, Polisi, TNI, petani, nelayan sampai pemulung-pun semua adalah profesi yang mulia. Soal bosan, jenuh, butuh piknik, butuh apresiasi dan penghargaan, itu lumrah dan manusiawi. Kemudian yang pasti, semua pekerjaan itu pasti memiliki resiko. Nah, manajemen resiko itu yang wajib ditata dengan baik.

Udah dulu yah artikelnya, yang mau protes silahkan. Sampai jumpa lain waktu.


Author : Adi Esmawan, owner jurnalva.com
Share:

Memahami Agama sebagai Rambu-Rambu Kehidupan

Kalau kita dari Jakarta ingin pergi ke Surabaya, tidak tau rute jalan, tentu saja kita membutuhkan tanda. Entah itu petunjuk arah, google map, peta jalan, rambu-rambu, atau hal sejenisnya.

Begitu pula dengan hidup ini. Sebagai manusia yang percaya akan eksistensi Tuhan, kita tentu meyakini bahwa Tuhan telah memberikan petunjuk arah untuk hidup di persinggahan ini. Agar sampai tujuan dengan selamat, dengan akhir yang baik (khusnul khotimah). Bukan malah tersesat, terperosok atau gagal menempuh perjalanan.

Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk, bagi orang yang mau diberi petunjuk. Ia adalah penerang jalan yang terang benderang (burhan, nurom mubina). Seperti cahaya yang menerangi, tentu tanpa pilih kasih, menerangi semuanya. Menunjukan kepada semuanya.

Persoalan pertama, kadang manusia justru mengingkari tanda itu. Tidak mau menerima petunjuk. Atau meragukan petunjuk. Lebih parah, apabila ia menutup akses dari cahaya untuk masuk, sehingga hatinya gelap dan jalannya tersesat. Itulah kita. Karena bagaimana mungkin kita melihat terang mentari, ketika semua pintu, jendela dan lubang kita tutu rapat?

Persoalan kedua, adalah tentang tanda dari Tuhan itu sendiri. Tentu saja, tanda terbesar, terlengkap, dan merupakan petunjuk langsung tersurat dari Tuhan adalah Al Qur’an. Dan ternyata, Al Qur’an itu menunjukan kita pada tanda-tanda yang lain. Tanda-tanda yang sangat banyak. Bahkan jika lautan menjadi tinta untuk menulis tanda-tanda yang diberikan oleh Tuhan, akan habislah Ia. Bahkan jika ditambah lagi sebanyak dan semisal. Jadi salah besar jika kita berhenti pada Al Qur’an. Karena, Al Qur’an juga menunjuk kepada tanda-tanda yang lain. Atau menyuruh kita untuk melakukan sesuatu agar mendapatkan petunjuk.

Mungkin saya perjelas lagi agar tidak gagal faham, bahwa ayat itu tanda. Dan tanda-tanda kebesaran-Nya sangat banyak, bersliweran di sekitar kita. Maka perhatikanlah tanda-tanda itu dengan fikiran yang jernih, pengetahuan yang cukup. Jika kita temukan kebesaran Tuhan di sana, bertambahkan keimanan kita.  Dan kita mungkin termasuk orang yang mufilh alias beruntung.

Persoalan adalah, justru kebanyakan dari kita berhenti pada tanda (ayat). Ibaratkan saja, ketika kita sedang menuju Surabaya, kita melihat ada rambu-rambu yang menunjukan ke arah Surabaya itu. Tidak lucunya, kita malah berhenti disitu!

Al Qur’an itu bagian dari tanda-tanda yang menunjukan kita kepada jalan yang hanif. Kita ikuti jalan itu, bukan malah berhenti pada Al Qur’an. Mengotak-atik isinya, menafsirkanya secara serampangan dan tanpa ilmu, mempersempit makna, atau hanya berhenti pada teks tanpa memahami kontekstualnya. Ini berbahaya.

Karena kalau kita tahu, Al Qur’an itu komprehensif. Ma qaratna fiy kitabihi min syai’. Tapi jika kita terlalu tekstual, maka kita akan kebingungan. Maka sebelum mempelajari dan memahami al Qur’an, ilmu pengetahuan harus menjadi panglima utama.

Bahkan ilmu alam atau ilmu pengetahuan pada umumnya (science) adalah wajib dipelajari karena apa yang ada di langit dan dibumi merupakan bagian dari tanda (ayat) eksistensi Tuhan bagi orang-orang yang di beri ilmu. Dan di al Qur’an sudah disampaikan : Inna fi kholqisamawati wal ardhi wahtilafil laili wannahari laayatil li ulil albab.

Nah, jadi penting sekali membaca tanda-ramb-rambu secara utuh. Dimulai dari Al Qur’an, sunnah nabi, kemudian jangan melupakan ketetapan Alloh (sunnatulloh).

Mungkin lain waktu akan saya jelaskan lebih detail.

Salam hormat.
Share:

Selamat Datang Ramadhan....

Selamat Datang Ramadhan....

Ramadhan datang lagi. Menjawab kerinduan yang tertahan selama sebelas bulan. Adakah kegembiraan yang hadir di hati kita? Adakah semangat yang tumbuh dari dalam jiwa kita?

Ya, kegembiraan karena kita masih diberi kesempatan bertemu lagi dengan ramadhan. Sedang banyak saudara-saudara kita yang sudah tidak lagi berjumpa dengan ramadhan tahun ini. Kegembiraan, karena kita mendapat kasih sayang dengan ganjaran yang berlipat. Kegembiraan, karena pada bulan yang mulia ini, Alloh SWT melapangkan pintu ampunan seluas kasih sayang-Nya.

Kemudian rasa semangat yang harus tumbuh untuk menunaikan pengabdian yang utuh kepada Tuhan. Rasa semangat untuk membersihkan hati, membersihkan jiwa, dan juga membersihkan harta.

Memang, ramadhan adalah ruang untuk membersihkan jiwa sebagai tujuan utama. Jiwa yang telah sekian lama berkubang dalam kotoran salah dan dosa-dosa. Jiwa yang selama ini selalu mengedepankan hawa nafsunya. Jiwa yang selalu gelisah mengkhawatirkan dunia, namun menggampangkan akhirat. Jiwa yang selalu menganggap mahal dunia, dan menanggap murah kehidupan yang akan datang setelah kematian.

Maka di ramadhan yang penuh berkah, mari kita bersihkan kotoran yang melekat di hati kita. Singkirkan sikap iri, dengki, dan takabur alias sombong. Mudah-mudahan bisa. Sedikit demi sedikit.

Karena pada ujungnya, ketentraman jua yang kita cari. Keheningan, endapan. Sepi

Wallohu ‘alam.
Share:

Esai : Inspirasi dari Matahari di Waktu Pagi


Suatu sore, seperti kebiasaan saya. Ngopi  sambil buka juz amma. Saya buka sembarang, ketiban di surat As Syams  atau  Wa Syamsi Wa Dhuhaha. Pembaca semua mungkin sudah hafal betul. Ku baca pelan-pelan. Alon-alon waton kelakon-adagium Jawa. Ketika sampai pada ayat : Qod Aflaha man zakaha. Wa qod hobba man dassaha. Sebuah sindiran menyeruak masuk di dada ini.

Sebelum lanjut, mungkin saya beri tahu pada pembaca ayat dan terjemahnya :



Pada ayat di atas, kita akan tahu, betapa Al Qur’an telah mengarahkan, kemana hidup ini harus diarahkan. Dan bagaimana menjaga jiwa agar tetap di jalan taqwa kepada-Nya.
Baik, mari kita mulai renungan berat ini. Di awal suroh As Syams (yang berarti Matahari), Alloh  telah bersumpah dengan tujuh ciptaan-Nya :

1    1. Wa syamsi wa duhaha (Demi (perhatikanlah) Matahari dan cahayanya di kala pagi)

2    2. Wal qomari idza talaha (Dan bulan, ketika mengiringinnya)

3    3. Wan nahari idza jalaha (Dan siang apabila menampakkannya)

4    4. Wal laily idza yaghsyaha (Dan malam ketika ia menutupnya)

5    5.Wa sama’i wama banaha (Dan langit serta pembinaanya)

6    6. Wal ardhi wama tohaha (Dan bumi serta perhamparannya)

Kemudian yang ketujuh, Alloh bersumpah dengan menyebut jiwa :
7    7. Wannafsiw wama sawaha (Dan (Perhatikanlah) jiwa serta penyempurnaan ciptaanya)

Setelah bersumpah dengan menyebut jiwa, ayat selanjutnya memberitahukan kepada kita :
8   8.Fa alhamaha fujuroha wa taqwaha (Maka Alloh telah mengilhamkan kepada jiwa itu, untuk (memilih) jalan Kefasikannya atau Ketaqwaanya.

Kemudian, di ayat selanjutnya, sungguh Alloh Azza wa Jalla telah memberikan petunjuk dengan terang benderang yang terkait dengan ayat sebelumnya :

9    9. Qod aflaha man zakaha (Maka sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu....)

1   10. Wa qod hoba man dassaha (Dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwannya...)

Maha benar Allo dengan segala firman-Nya. Ini adalah petunjuk sekaligus instruksi bagi kita. Jiwa kita. Betapa, jiwa manusia telah diberi dua pilihan sekaligus dua jalan oleh Alloh Robbul Alamin. Pertama adalah jalan kefasikan, jalan yang mengingkari ‘adanya’ eksistensi Tuhan, meniadakanNya dalam kehidupan, atau pura-pura mengaggapnya ‘ada’ secara simbolis. Tapi secara nyata mengingkari apa yang dikehendaki oleh-Nya. Itulah jalan fasik. Jalan yang mungkin dipilih oleh kebanyakan jiwa-jiwa yang mengisi raga kebanyakan manusia di jagad ini. Bahkan mungkin, jiwa kita terkadang “nyasar” atau sengaja mengambil jalan itu. Dan perjalanan hidup jiwa ini selalu berpotensi melenceng pada jalan kefasikan. Maka dari itulah kita selalu butuh bimbingan-Nya sepanjang perjalanan hidup ini.

Kedua adalah jalan ketaqwaan. Sebuah jalan hidup yang  tunduk pada-Nya. Mengakui eksistensi dan kekuasaan-Nya secara mutlak. Jalan yang membuat jiwa akan selalu mengabdi pada-Nya dengan ikhlas. Jalan orang yang dicintai, dirahmati dan diridhoi oleh-Nya.

Nah, kemudian jelas tegas. Bahwa alangkah beruntungnya orang-orang yang “membersihkan jiwanya”. Qod aflaha man zakaha. Jiwa yang selalu terjaga dari noda-noda kotor kehidupan dunia yang fana. Jiwa yang selalu menjaga integritasnya dihadapan sang Pencipta sekaligus Pengawas hidupnya. Jiwa yang selalu mendahulukan nurani dan akal jernihnya, dibanding hasrat dan nafsunya. Jiwa yang terjaga.. Jiwa yang akan kembali menghadap Robb-nya dengan tenang dan damai.

Dan, mari kita tengok jiwa kita masing-masing. Jiwaku, jiwa yang lemah dan lalai. Jiwa yang diperbudak oleh hasrat dan nafsu. Jiwa yang selalu dikotori oleh noda-noda keinginan ragawi. Jiwa yang tidak pernah puas atas anugerah dari-Nya. Jiwa yang mendahulukan nafsunya dibanding akal jernihnya. Jiwa yang jauh dari bijaksana. Jiwa yang menyesatkan ragannya. Jiwa yang menuntun mulutnya untuk selalu berkata dusta. Jiwa yang menuntun tangannya untuk melakukan tindak nista dan durja. Jiwa yang menuntun hatinya untuk angkuh, sombong dan merendahkan yang lain. Jiwa yang selalu mendorong untuk berlaku keji dan munkar. Jiwa yang selalu berambisi, berkhayal, untuk hidup “se-enak-enaknya”. Jiwa yang bermental berkhianat kepada-Nya. Jiwa yang jauh dari bimbingan dan petunjuk-Nya. Ampuni jiwaku ini...


Tidak ada cara lain. Selain berusaha membersihkan jiwa ini dari segala noda-noda yang lekat menempel sebegitu banyaknya. Jiwa yang sudah mengidap berbagai penyakit kronis : iri, dengki, sombong, dendam, pemarah, rakus, dan ingkar pada-Nya.

Mari, kita kunjungi jiwa kita. Mungkin jiwa kita terlalu berantakan, kotor. Perlu ditata ulang dan dibersihkan kembali. Dengan apa? Tentu saja dengan mengingat-Nya, berdzikir. Buka kembali Al Qur’an, baca dengan pelan, pahami makna dan anjurannya. Hiduplah berlandaskan kalam-Nya. Agar kita selalu ada di atas jalan-Nya. Jalan yang diridhoi oleh-Nya. Bukan jalan orang-orang yang dimurkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat. Ammin ya mujiba sa’ ilin.

Begitulan coretan singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca. Dalam hal belajar hidup dari Al Qur’an, kita mulai dari yang ayatnya pendek-pendek dulu. Baca dengan perlahan, kemudian resapi. Kalau dinding-dinding hati kita masih bergetar oleh ayat-ayat Al Qur’an, itu tandanya hati kita masih bisa diobati. Belum di tutup dari menerima hidayah-Nya.


Penulis : Al faqir, Adi Esmawan, seorang buruh. Pengasuh media jurnalva.com, sekaligus pengasuh sanggar Muhibul Qur’an Study Club, Tempuran, Wanayasa, Banjarnegara. Mahasiswa STIMIK Tunas Bangsa, Banjarnegara.




Share:

Definition List

Unordered List

Support