Anda gemar berbelanja online? Ya, tahun 2015
merupakan era kebangkitan dunia e-comerce dimana trafic transaksi digital
semakin melejit. Dari ujung jari, anda bebas pilah-pilih barang yang diinginkan
tanpa harus repot-repot pergi ke pusat perbelanjaan, terjebak macet, membuang
banyak energi, atau tawar menawar barang yang kadang menyita waktu.
Kini, untuk memesan
barang incaran, kita tinggal mengetikan nama produk atau brand produk di kolom
search pada situs e-comerce ternama, macam tokopedia, bukalapak, bli-bli,
elevenia, lazada, zalora dan lain sebagainya. Kita tinggal mengklik “beli”
kemudian proses pembayaran dan tinggal menunggu barang datang.
Dan menjawab semua
itu, dunia perbankan juga terus mengembangkan sistemnya. Kini, untuk membayar
semua jenis tagihan, anda sudah tidak perlu lagi repot-repot pergi ke bank atau
ATM. Berbagai layanan macam mobile banking, internet banking, sms banking,
hingga e-payment atau uang virtual sudah menyajikan kemudahan. Tinggal anda
punya banyak saldo atau tidak.
Transaksi ekonomi
kini berada di genggaman anda. Sambil “bobo cantik”, anda sudah bisa memborong
ini dan itu. Apalagi menjelang detik-detik pergantian tahun. Tawaran diskon
menggiurkan dan fantastis, kadang meningkatkan gairah anda untuk terus
berbelanja. Hingga tidak jarang banyak konsumen yang terjebak diskon. Bukanya
hemat malah boros.
Belanja online juga
memiliki banyak kekurangan. Karena interaksi yang dilakukan penjual dan pembeli
tidak secara langsung, maka terjadi pengikisan hubungan kemanusiaan di satu
sisi. Tidak akan kita jumpai senyum yang ramah, tawar-menawar yang indah, atau
hubungan kekeluargaan yang terbangun alami dari sistem ekonomi tradisional.
Dengan terus
meningkatnya trafik belanja online, tentu ini merupakan angin segar bagi para
pelaku bisnis online yang rata-rata perusahaan besar. Hal ini tentu sedikit
banyak menjadi ancaman bagi pelaku usaha di dunia nyata yang memiliki toko fisik
dan pasar tradisional.
Keluhan-keluhan
pemilik toko fisik di mangga dua atau di pasar klewer solo-misalnya, merupakan
contoh kecil yang bukan tidak mungkin akan menjadi percikan kecil bagi pelaku
usaha lain yang serupa. Dan, nanti pada waktunya akan menjadi bom waktu :
e-comerce membunuh sektor riil atau UMKM.
Terlepas dari
kelebihan dan kekurangannya, belanja online sudah menjadi tren gaya hidup yang
akan terus berkembang pesat. Tak ada yang bisa mencegah atau menghambat itu.
Termasuk regulasi dan aturan. Kita tinggal tunggu saja, medan pertempuran
bernama “pasar” akan menjadi pembantaian
baru ekonomi Indonesia, atau sebaliknya, menjadi penggenjot roda ekonomi rakyat
yang berkelanjutan.
0 komentar:
Posting Komentar