Jurnal Wawasan dan Inspirasi Kehidupan

Ayat-Ayat Pengingat Lupa

Akui saja, bahwa kita terlalu sering lupa kepada Alloh. Baik sengaja maupun tidak sengaja. Jika saat ingat kepada Alloh kita sebut “on” dan saat lupa kepada Alloh kita sebut “off”, maka kita lebih sering “off”-nya daripada “on”. Dan off itu mati, on adalah hidup.

Sebagaimana perumpamaan orang yang berdzikir (ingat) kepada Alloh dengan orang yang tidak berdzikir kepada Alloh, adalah laksana orang yang hidup dengan orang yang mati. Maka betapa banyaknya mayat-mayat hidup yang dengan bangga tertawa terbahak padahal ia melupakan siapa Penciptanya dan untuk apa Ia diciptakan.

Alloh SWT berfirman : “Yaa ayuhaladzina amanu latulhikum amwalukum wa laa auladukum ngan dzikrillah, wa ma yafngal dzalika faulaa-ika humul khosirun... Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta kekayaan dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Alloh, dan barang siapa yang melakukan itu, maka termasuk orang-orang yang rugi. (QS Al Munafiqun Ayat 9)”

Dan ternyata, kita lebih memilih menghindari rugi dalam urusan jual-beli daripada rugi di kehidupan yang akan datang (akhirat). Kita lebih takut bangkrut dalam berusaha, daripada takut tidak diridhoi oleh-Nya. Sering kali, bahkan tiap saat, harta dan anak-anak, keluarga telah melalaikan kita dari mengingat Alloh, Raab semesta alam.

Ada baiknya, kita merenung sejenak. Fa aina tadzhabun? Mau kemanakah kita? Semua orang sebenarnya sadar, bahwa kita menuju pada keringkihan, masa tua, kemudian kematian akan datang dan mengakhiri segala pencapaian kita di dunia. Kemudian perjalanan baru lagi teramat panjang baru dimulai. Tapi kenapa kita terkecoh pada kehidupan sementara? Wa mal khayatud dunya illa matangul ghurur.

Maka mari kita perbanyak dzikir (mengingat) kepada Alloh. Baik diwaktu siang maupun petang. Dalam keadaan berdiri, duduk maupun terbaring. Di tempat kerja, di toko, pasar, kendaraan, di gubug-gubug tengah sawah dimanapun dan kapanpun. Berdzikir yang sesungguhnya adalah hati mengingat Alloh dengan menyebut asmanya dengan lembut dan tanpa perlu mengeraskan suara. Karena sesungguhnya Alloh itu “ngalimum bidza tis sudur”, maha tahu apa yang ada di hati. Kecuali jika memang berkepentingan untuk mengajarkan kepada yang lain kalimah dzikir, maka tidak apa menjaharkan (mengeraskan) suara. Masalah teknis tidak perlu diperdebatkan. Terpenting jiwa mengingat Alloh, bukan hanya di lisan saja.

Satu hal lagi, bahwa Al Qur’an adalah tadzkiroh atau pemberi peringatan. Maka jika kita sedang galau, resah, dan hati tidak tenang, bersegeralah mengambil mushaf dan bacalah Al Qur’an itu dengan pelan (tartil). Semoga ia akan memberikan peringatan kepada kita dari bertindak keji dan munkar, serta sebagai kabar gembira agar kita senantiasa berbuat baik dan menebar kasih sayang bagi semesta alam.

Semoga menginspirasi. Salam

Adi Esmawan, Pengasuh Jurnal Inspirasi
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support