Jurnal Wawasan dan Inspirasi Kehidupan

Bank Sampah, Manajemen Efektif Pengelolaan Sampah

Jangan pernah menganggap enteng masalah sampah. Ya, sampah kadang menjadi musuh paling serius dalam...

Budaya Sambat, Gotong Royong yang Mulai Luntur

Tanpa kita sadari namun sangat kita rasakan, banyak kebaikan dan kearifan yang hilang seiring berjalannya zaman. Dulu, jika..

Programer : Seniman Tingkat Tinggi?

Judul di atas mungkin terlalu “narsis” atau terkesan menempatkan programer pada derajat yang amat terpuji. Tapi agaknya itu yang

Membaca Soekarno, Soeharto dan Indonesia Kita

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya

Sebentar Lagi, Guru Akan Tersingkir?

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya menjalankan fungsi “pengajaran”, pakai komputer saja. Tidak usah dan tidak perlu bimbingan guru.

TIPS MENGHINDARI KECELAKAAN LALU LINTAS

 (Gambar Ilustrasi : antaranews.com)
Jalan raya adalah ladang pembantaian paling mengerikan. Tercatat, grafik angka kecelakaan lalu lintas terus melonjak tiap tahun. Bahkan, jika dikalkulasi, korban kecelakaan lalu lintas lebih banyak dibandingkan korban Perang Dunia II.

Ya, ketika pertumbuhan sepeda motor sangat pesat dan tidak sebanding dengan beban jalan raya, yang kita jumpai adalah sederet permasalahan serius. Mulai dari kemacetan, kesemprawutan, parkir liar, balapan liar, kebut-kebutan, geng motor, hingga melimpahnya kasus angka kecelakaan lalu lintas.

Hampir setiap hari kita berkendara di jalan raya dengan seribu kemungkinan. Nah, berikut tips  bagi para pengendara untuk menimilasir kecelakaan lalu lintas  yag sering disepelekan:

1.   Kecepatan Paling Maksimal 60 km/jam
Pastikan ketika sedang mengemudikan kendaraan, baik roda empat maupun sepeda motor untuk tidak melebihi kecepatan di atas 60 km/jam. Ingatlah bahwa kita tidak sedang balapan ataupun dikejar-kejar hantu dan sadarlah bahwa kita sedang berada di jalan dengan seribu kemungkinan.

2.   Pakailah Pengaman dan Kelengkapan Kendaraan
Jangan pernah menyepelakan pemakaian helm standar bagi pemotor dan sabuk pengaman bagi pengendara mobil. Apalagi perlengkapan yang berkaitan dengan kelayakan kendaraan seperti lampu, lampu sein (reteng), spion, dan rem kendaraan. Jangan pertaruhkan nyawa anda karena pelit mengganti kelengkapan kendaraan yang sudah aus.

3.   Kurangi Kecepatan di Tikungan, Pertigaan, Zebracros, dan Tempat Ramai
Ini yang sering diabaikan. Banyak yang justru menambah kecepatan saat berada di tikungan, pertigaan, tempat penyeberangan dan tempat pelayanan publik yang ramai. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan massal atau tabrakan beruntun.

4.   Berhentilah sejenak saat berada di Pertigaan dan Hendak Berbelok
Saat dipertigaan atau perempatan dan hendak berbelok, berhentilah sejenak untuk memperhatikan situasi dan kodisi. Jangan asal nyelonong begitu saja, sehingga dapat berakibat terjadinya kecelakaan lalu lintas.

5.   Mematuhi Rambu-Rambu Lalu Lintas
Kalau yang kelima ini sudah pasti. Patuhilah rambu lalu lintas baik ada petugas maupu tidak ada petugas. Rambu lalu lintas diciptakan untuk mengatur, menertibkan, dan mengamankan pengguna jalan. Terutama di lampu merah, jalur  satu arah, larangan parkir, garis marka jalan dan aturan tentang beban muatan barang.

Jika sudah mematuhi rambu lalu lintas dan menjalankan resep di atas, tugas kita selanjutnya adalah berhati-hati dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Semoga bermanfaat.

Share:

Belajarlah! Apapun dari Siapapun!

Mungkin sahabat inspirasi sudah jenuh dan bosan, manakala ada anjuran untuk belajar, belajar dan belajar! Tapi ingat kawan, belajar adalah panglima kehidupan.  Sejak manusia terlahir di dunia, belajar adalah rangkaian proses hidup yang harus dilewati agar tetap bertahan hidup alias survive.

Belajar apa saja, dari siapa saja. Perlu digarisbawahi bahwa belajar  bukan hanya di sekolah atau lembaga pendidikan. Terpenting, belajarlah kepada kehidupan dan alam semesta. Belajar juga jangan dipersempit makna menjadi hanya sekedar membaca buku atau artikel. Karena hakikat makna belajar adalah mencari tahu apa yang belum diketahui dan memahami apa yang belum dipahami.

Belajar memiliki relasi yang sangat terkait dengan ilmu pengetahuan. Keduanya bagai pancing dengan ikan. Belajar itu pancingnya, ikan itu ilmu pengetahuan yang akan kita dapatkan. Prosesnya juga mirip dengan memancing. Harus Sabar, tekun, dan pantang menyerah.

Akan sangat rugi jika masa remaja dan masa muda tidak dipergunakan untuk belajar sebanyak-banyaknya. Jika kehidupan ini dibagi menjadi beberapa fase, maka waktu yang paling ideal untuk belajar adalah usia sebelum tiga puluh tahun.

Karena setelah fase itu, manusia akan disibukkan dengan  implementasi apa yang sudah dipelajarinya yaitu berkarya dan bekerja.
Untuk menambah semangat, mungkin perlu kita kutip petuah Albert Enstein sang ilmuwan legendaris, “Belajar meberiku banyak hal yak orang lain tak mampu lakukan”. Atau nasehat motivator ternama, Mario Teguh, “orang yang berhenti belajar adalah pemilik masa lalu. Sedang orang yang terus belajar adalah pemilik masa depan!”

Jadi buat kawan yang masih muda, mari semangat belajar. Apapun, kepada siapapun, selagi kita masih diberi kesempatan untuk melakukanya.
Salam inspiratif.

Share:

Rajin Membaca, Perbanyak Perbendaharaan Kata-kata


Rajin membaca adalah modal paling wajib yang harus dimilki oleh penulis master. Jangan bermimpi akan pandai menuangkan gagasan jika anda  adalah manusia yang alergi terhadap buku atau artikel.

Terus tambah dan jangan pernah puas terhadap pengetahuan yang anda miliki. Setiap buku yang belum anda baca adalah baru. Tak perduli apakah buku itu dicetak dua hari yang lalu atau seribu tahun silam.

Kedua, tulislah apa yang disukai, yang ada di pikiran anda!
Silahkan ambil kertas kosong atau segera hidupkan komputer anda. Buka menu pengolah kata dan mulailah menulis apa yang sedang ada di pikiran anda! Tulis saja. Tidak perlu edit dan dibaca kembali berlulang-ulang. Kebanyakan penulis gagal dan buntu hanya karena baru memulai sedikit sudah berfikir bagaimana mengeditnya.

Tulislah apa saja, yang anda sukai. Jangan dipersempit bahwa menulis itu identik dengan karya sastra, cerpen, puisi, makalah apalagi skripsi. Tulislah yang ada di otak anda!
Ketiga, sering-seringlah berinteraksi dengan komunitas penulis
Di medi sosial, anda jangan hanya berinteraksi dengan teman sejawat atau teman satu sekolahan/kampus. Tapi bergabunglah dengan komunitas baik yang akan memberikan nilai tambah bagi kemajuan anda. Termasuk, komunitas penulis. Aktiflah di group yang memberi inspirasi tentang menulis.

Keempat, jangan malu bertanya dan minta diajari!
Jangan pernah malu bertanya jika anda tidak bisa. Bertanyalah dan minta diajari selagi ada kesempatan. Bisa kepada guru bahasa Indonesia atau teman sejawat yang rajin menulis.

Kelima, publikasikan tulisan anda!
Agar ada yang tau dan mengevaluasi tulisan anda, maka jangan malu-malu untuk share atau berbagi dengan teman. Mintalah untuk mengoreksi tulisan anda. Jangan patah semangat jika ada yang menghina. Justru harus berpacu menjadi semakin maju.


Perubahan itu dimulai dari langkah sederhana. Ayo, dari teori menjadi langkah yang menginspirasi.

Kembali ke artikel awal.
Share:

TENTANG PENULIS


Al Faqir, Adi Esmawan. Lahir di dukuh kecil nun pelosok bernama dukuh Sigong, Desa Tempuran Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara pada 24 Juni 1993. Kini masih tinggal di dukuh yang sama. Merintis komunitas belajar bersama “Muhibul Qur’an”, sebagai laskar anak-anak dan remaja yang mencintai, mempelajari, menghafalkan dan mendalami Al Qur’an.

Menulis adalah kebiasaan. Berfikir dan berdiskusi adalah rutinitas. Mulai dari obrolan ringan hingga persoalan-persoalan kebudayaan, ekonomi, politik, agama dan kemanusiaan selalu menarik untuk menjadi bahan kajian.

Ah, siapalah “Adi Esmawan” tak perlu dipersoalkan. Ia hanya butiran debu yang masih terombang-ambing dalam kesesatan. Penuh dengan sejuta kekurangan , kealpaan, dan butuh pelbagai masukan dari seluruh pembaca yang budiman. Jangan sungkan untuk add Facebooknya : Adi Ismavean atau folow twiter @begawan adhiyasa.


Salam hormat dan takdim untuk semuanya.
Kemudian...

Ada yang keren dari pernyataan Le Lacoca, “Anda punya gagasan cemerlang? Jika tidak diungkapkan, gagasan anda tidak beranjak kemanapun! Nah, anda tersindir?

Siapa tau, anda adalah mutiara terpendam yang punya potensi gagasan cemerlang. Entah di bidang apapun : olahraga, desain grafis, matematika, budaya, oceanografi, seni lukis, seni musik dan lainya. Namun semua bakat itu, jika tidak diungkap dan dishare kepada orang lain, tak ada gunanya.

Ada dua metode untuk ungkapkan ide cemerlang anda. Pertama, adalah melalui bahasa lisan atau spech ach. Misalnya melalui pidato, presentasi, orasi dan sejenisnya. Media yang digunakan bisa melalui radio, mimbar bebas, saat khutbah hari besar keagamaan, atau saat anda diundang oleh televisi nasional.

Metode kedua adalah melalui bahasa tulisan atau incription. Bahasa tulisan adalah mengjewantahkan pemikiran melalui rangkaian kata yang terpadu menjadi kalimat sistematis dan bermakna. Apapun bidang anda, misalnya strategi dalam olahraga dan inovasi seni musik.

Namun, menulis dan menuangkan gagasan ke dalam tulisan bukan perkara mudah. Bahkan, ada yang sampai berjam-jam tidak sanggup menulis barang satu kalimatpun. Nah, lho. Apalagi yang punya hobi menjiplak alias  plagiat. Itu tindakan memalukan.

Berikut resep jitu, minimal teori yang wajib anda pahami bagaimana menuangkan gagasan.

Langkah Pertama
Share:

Konsep Ideal Mendidik Anak

Pendidikan anak yang berkualitas adalah sebuah keharusan. Kita boleh gagal dalam beberapa hal, tapi kita tidak boleh gagal mengantarkan anak kita menjadi orang yang bermanfaat serta sukses fiddini wa dunya hattal akhiroh.

Masalahnya, pendidikan anak yang bagaimana? Apakah kita hanya mempercayakan pendidikan anak terhadap lembaga pendidikan yang ada : dari PAUD, TK, hingga Perguruan Tinggi? Tentu saja TIDAK.

Perlu digaris bawahi, bahwa pendidikan  jangan dipersempit makna menjadi hanya sekedar pengajaran. Pendidikan adalah proses mencari ilmu, dan mencari ilmu tidak hanya di sekolah atau lembaga pendidikan formal.

Pendidikan anak dimulai dari keluarga. Ingatlah bahwa proses pendidikan yang paling dasar adalah meniru (imitation). Jadi saat kecil, anak akan meniru orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Disinilah awal mula pendidikan anak. Untuk itu, berhati-hatilah anda  dalam berbicara dan berperilaku di depan putra-putri anda! Ajarilah kalimat dan kata-kata yang baik, perilaku yang santun dan lemah lembut. Meskipun itu sangat sulit.

Dalam mendidik anak, kita harus memperhatikan tiga asupan. Pertama, asupan makanan. Berilah makanan buah hati dengan makanan yang baik dan bergizi. Pada usia pertumbuhan, jangan sampai kita kehilangan momentum untuk mencukupi keseimbangan nutrisi anak agar tumbuh kembang lebih maksimal dari segi fisik dan kecerdasan. Jangan pula terlalu sering memberikan anak jajanan atau cemilan yang mengandung bahan kimia, pemanis buatan dan makanan cepat saji.

Kedua, adalah asupan informasi. Dalam memberikan informasi, kita harus selektif dan proporsional. Media seperti televisi perlu kita awasi dengan ketat. Tontonan yang tidak sesuai dengan perkembangan anak harus kita stop. Informasi  yang tidak proporsional atau belum waktunya diberikan jangan dulu disampaikan kepada anak-anak.
Ketika anak mulai beranjak besar atau masa remaja, maka pendidikan selanjutnya  adalah lingkungan dan pergaulan. Dalam sebuah literatur klasik, ada sebuah nasehat : janganlah kau tanya pribadi seseorang, tapi lihatlah dengan siapa Ia berteman. Jika ada teman yang baik, temanilah, dan jika ada teman yang buruk, jauhilah!. Mario Teguh dalam kata-kata motivasinya juga menganjurkan untuk memilih teman.

Berikanlah anak sebanyak mungkin ilmu yang berkaitan dengan norma kesusilaan dan norma agama. Agar sang anak nantinya tumbuh dengan karakter yang kuat dan menjadi pribadi yang berbudi luhur.

Dan jangan lupa, pantau terus prestasi anak di sekolah, baik di bidang akademik, atletik, dan sebagainya.


Semoga bemanfaat
Share:

Wow! Fakta Mengejutkan tentang Sampah Plastik

Setiap hari, hampir pasti kita selalu membeli sesuatu di toko, minimarket, kaki lima, atau warung langganan kita. 
Bagi anak-anak yang masih sekolah dan hoby ngemil, sudah dipastikan saban hari  nongkrong di kantin untuk melahap cemilan kesukaan. Nah, pertanyaan saya, berapa plastik yang anda habiskan dalam satu hari? Dibuang kemana plastik kemasan yang sudah tidak digunakan lagi?

Jangan-jangan, dengan tanpa malu-malu kita buang sampah plastik ke got, drainase, halaman sekolah, jalan, trotoar atau di pekarangan orang lain? Lebih parah lagi dibuang di sungai dan lahan pertanian produktif? Atau dibakar?

Ada fakta mengejutkan di balik sampah plastik. Indonesia adalah penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Wow! Prestasi yang miris bukan? Padahal, perlu waktu ribuan tahun untuk menguraikan sampah bernama plastik itu.

Mari kita merenung, jika setiap hari satu orang warga membuang sedikitnya dua sampah plastik, berapa ribu sampah yang terproduk setiap hari. Di ibukota Jakarta misalnya, setiap hari sampah yang terkumpul sedikitnya 30 meter kubik atau ukuran setengah candi Borobudur.

Sampah plastik memberikan dampak linkungan yang sangat buruk. Adalah banjir langganan, sungai yang kotor (tercemar), lahan pertanian rusak, menyebarnya penyakit, global warming, menimbulkan bau yang tak sedap dan seabrek masalah lain yang ditimbulkan oleh sampah plastik.
Konsekuensi paling serius dari penggunaan plastik adalah perubahan iklim yang terjadi di dunia. Sampah plastik, emisi gas kaca, dan penebangan hutan adalah penyebab bumi yang kita tinggali ini semakin kronis.

Nah, mari kita jadi agen perubahan. Memulai langkah kecil yang kita mampu dengan tidak membuang sampah plastik sembarangan, mengurangi penggunaaan kemasan plastik dan memilih menggunakan kemasan lain yang lebih ramah lingkungan seperti tas kain atau kantong bekas kemasan beras.

Salam Perubahan!


Adi Esmawan, Pebruari 2015
Share:

Cerita Tentang Sukses dan Bahagia

Sukses adalah impian dan harapan setiap orang. Tapi sukses yang seperti apa? Nah, Lho. Ada banyak gambaran tentang “apa” dan “seperti apa” orang yang disebut dengan sukses. Tergantung dari sudut (view) yang mana.


Ketika kita berjalan  kaki menyusuri belantara kota. Kita dapati rumah megah dengan mobil mewah terpajang di garasi. Di depan rumah nan besar itu, ada pos satpam dengan punggawa yang menyeramkan dan menatap curiga. Pertanyaanya, apakah si pemilik rumah megah itu layak kita stempel sebagai orang sukses?
Tentu saja, ya. Minimal secara materi. Tapi ternyata, beberapa waktu kemudian rumah tersebut sudah dipasangi segel bertuliskan “RUMAH INI DISITA KPK”. Si empunya rumah dijebloskan ke jeruji besi. Keluarga mereka menjadi terkucilkan dalam pergaulan kehidupan. Bukan hanya keluarga. Bahkan kolega, teman sejawat, kampung halaman, sekolah, hingga partai tempat ia bernaung ikut kecipratan getah nama buruknya. Kalau sudah begitu, apa yang terjadi?

Sukses itu sedikit banyak berkaitan dengan perasaan. Lho, kok? Begini, seorang direktur perusahaan ternama pada suatu  hari melewati pemukiman perdesaan. Pikiranya sedang kalang kabut, stres, gundah dan wajahnya bermuram durja. Apa sebab? Ia gagal memenangi tender mega proyek dengan nilai milaran rupiah.

Di saat seperti itu, makanan terasa hambar, bahkan pahit. Pikiran sempit. Senyum bahagia sudah tertutup oleh gundah gulana. Di atas mobil mewahnya, ia memandangi panorama perbukitan yang sejuk. Dan saat melewati deretan kebun tembakau yang menguning, ia dapati satu keluarga petani sedang bercanda ria makan bersama di gubug tengah ladang. Tidak ada gurat nelangsa di wajah mereka. Hidup serasa ringan dan lepas. Sang direktur dibuat iri oleh keharmonisan keluarga kecil petani yang dilihatnya.

Beberapa ratus meter kemudian, ia kembali mendapati segerombolan pekerja proyek pelebaran jalan yang sedang duduk istirahat makan siang sambil berkelakar. Meski bekerja keras di tengah terik matahari, tidak ada raut duka dan sedih. Walaupun hanya dengan menu nasi jagung lauk ikan asin, mereka tetap lahap menikmati. Lhah yang direktur?

Sekarang mari kita simpulkan dari kisah di atas. Jika ukuranya materi, tentu sang Direktur kita sebut sebagai pemenang. Namun jika dilihat dari view kebahagiaan, para petani, pekerja kasar, kuli dan mereka yang tetap bersyukur di tengah keterbatasan. Merekalah pemenang sejati.

Pelajaran dari tulisan ini bukan menggiring kita untuk malas, apalagi menyudutkan mereka yang duduk di jabatan penting. Bukan itu. Tulisan ini hanya berpesan : bersyukurlah. Sikapilah hidup dengan bahagia dan hindarilah sikap iri. Berkaryalah, buat hidup menjadi lebih hidup.
Share:

Definition List

Unordered List

Support