Jika kita
membandingkan perlombaan kemutakhiran teknologi, maka yang paling cepat melejit
adalah Teknologi Informasi. Ia muncul sebagai pemenang di era ini. Saat dunia
disatukan oleh piranti komunikasi, kemudian menyulap informasi menjadi pelebur
jarak antar benua sehingga yang jauh menjadi sangat dekat.
Bahkan, persaingan
kehidupan saat ini bukan lagi antara yang kaya dengan yang miskin, yang desa
dengan yang kota. Yang serius dengan yang “dagelan”. Persaingan sesungguhnya
adalah antara siapa paling cepat meraih
informasi, dan mengolahnya sebagai dasar pengambilan keputusan.
Penggunaan Teknologi
Informasi, utamanya ponsel pintar (smartphone) dan komputerisasi di
segala aspek kehidupan, membuat disiplin ilmu Teknologi Informasi laris manis
diserbu oleh peserta didik kita. Jurusan Teknologi Informasi (TI) dan Sistem
Informasi (SI) menjadi buah mangga yang ranum sekaligus menggiurkan bagi calon
mahasiswa yang sedang bingung menentukan jurusan.
Ironisnya, banyak
yang tidak mempertimbangkan bahwa baik jurusan TI maupun SI adalah bidang ilmu
pengetahuan yang menjadikan logika matematis sebagai spirit olah berfikir. Al
hasil, banyak mereka yang dari awal sudah alergi terhadap angka-angka atau
membenci matematika menjadi produk gagal dan mutung di tengah jalan.
Meskipun dua jurusan
ini, (yakni TI dan SI), bermuara pada dua hal yang berbeda. Jika TI mencetak
seorang programer dan teknisi IT handal, maka SI akan melahirkan seorang
analisis sistem, web developer, dan pakar yang
mensinergikan antara perkembangan TI dengan kebutuhan informasi yang
berkembang di masyarakat.
Karena itu, Pakar “IT”
yang dibutuhkan, baik oleh dunia industri maupun masyarakat, adalah mereka yang
memiliki skill mumpuni dengan kecepatan meng-inovasi atau mengembangkan program
yang sudah ada menjadi lebih uptudate dan mengimbangi perkembangan
zaman. Dunia IT adalah dunia yang cepat “basi” jika hanya berpuas diri dan
tidak mengembangkan apa yang sudah ada alias statis. Kemampuan menganalisis dan
memecahkan masalah jika sewaktu-waktu ada troubleshooting juga menjadi
keharusan bagi mereka yang telah menceburkan diri ke dunia IT.
Lalu, bagaimana
dengan sarjana-sarjana lulusan IT atau SI yang hanya berbekal Ijazah? Sekedar
tahu secara teoritis tapi gagap jika berurusan dengan permasalahan IT dalam
dunia kerja dan industri? Banyak kasus, sarjana komputer yang jika di test
untuk membuat program atau mengotak-atik web, tidak tahu apa-apa.
Inilah yang perlu
digaris bawahi. Ilmu pengetahuan apapun, apalagi IT, jangan hanya diperlajari
sebatas di bangku kuliah. Itu sangat sempit dan sangat teoritis. Cobalah menambah
cakrawala wawasan dengan belajar dari berbagai sumber, komunitas, buku dan
apapun diluar bangku kuliah. Kemudian langsung praktik. Jangan muter-muter di
teori meskipun teori juga penting. Jika anda hanya berbekal ijazah dan
sekelumit ilmu yang anda dapat dari bangku kuliah, maka hanya “bejo” sebagai
satu-satunya harapan.
Memang, masa depan
dan rezeki, apalagi perkara “finansial” itu urusan Tuhan. Namun,
membekali diri dengan ketrampilan di bidang yang paling banyak dibutuhkan, akan
membuat kita menjadi manusia yang memiliki nilai tambah. Bukan hanya sekedar “manusia”.
Salam inspirasi.
Author : Adi Esmawan,
owner jurnalva.com
0 komentar:
Posting Komentar