Jurnal Wawasan dan Inspirasi Kehidupan

Idul Fitri : Diterimakah Amalan Kita?

Nama “Sugeng Riyadi” memang mendadak tenar saat Idul Fitri mampir di siklus waktu hidup kita. Sebelumnya, saya atas nama penulis jurnalva.com mengucapkan “Sugeng Riyadi” alias selamat Idul Fitri kepada segenap pembaca  Jurnalva.com yang beragama Islam dimanapun anda berada. Mudah-mudahan, Allah SWT menerima amalanku dan amalanmu.

Namun, kita perlu was-was, khawatir, dan juga merasa takut (khouf)  bahwa amalan kita ditolak oleh Allah SWT.  Pasalnya, amalan dan ibadah kita biasanya hanya tampilan alias casing belaka. Yang menjalankan ibadah hanya aspek jasmani dan jasadi, bukan ruhani dan jiwa kita. Aspek jasmanipun tidak semuanya. Hanya sebagian dan itupun kalau dilihat banyak orang.

Dimulai dari puasa kita. Kebanyakan, kita hanya menahan haus dan lapar dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Lantas mata, telinga, dan lidah kita biarkan bermaksiat kepada Allah. Belum lagi jiwa kita, hati kita, yang tetap marah-marah seperti biasa. Penyakit hati macam sombong, iri, dengki dan kikir tetap beroperasi seperti biasa. Tidak ikut puasa. Lhah, apa kira-kira diterima puasa kita?

Kemudian sholat kita. Ketika berangkat sholat jama’ah, terkadang motif kita sudah lain. Tapi masih mending yang bergegas ke masjid saat adzan berkumandang. Kemudian mulai dari takbirotul ikhrom, membaca fatihah,  ruku’, sujud, tahiyat hingga salam, adakah yang tersisa?  Semua dilakukan dengan hambar seperti menjalankan upacara : selesai  habis perkara.
Saat lisan kita menyebut kalimat takbir, tetapi diri sendiri jua yang kita ingat. Saat kita menyalami nabi dan mengucap sholawat, itu hanya sebatas lisan, bahkan kita tidak merasa sedang memberi salam dan bersholawat kepada nabi. Tidak sampai ke hati. Jangan-jangan, kita termasuk  yang celaka karena lalai dalam sholatnya.
Kemudian infaq kita dan zakat kita. Kalau soal jumlah oke, semakin bertambah. Tapi sikap riya’ dan takabur kadang masih mengiringi amalan kita. Nama nggak tercantum di daftar muzakki saja kita sudah kesal.  Kira-kira diterima nggak ya zakat kita?

Lebih parah, jika kita justru mengisi waktu ramadhan untuk kegiatan yang tidak berguna macam tidur atau mengunjungi pusat perbelanjaan. Alasannya ngabuburit. Kira-kira dianggap ibadah nggak ya?

Jangan sampai yang habis membaca tulisan ini justru pesimis dan berucap “ah, mendingan nggak ibadah deh, daripada nggak diterima”. Urusan diterima nggak nya itu hak prerogatif Allah SWT. Kita harus terus berusaha memperbaiki dan memperbanyak amalan ibadah kita.
Jika serangkaian ibadah dan amalan di bulan Ramadhan itu sudah kita lampaui dengan susah payah namun ikhlas, maka itu baru namanya menempa dan membersihkan diri untuk kembali ke fitri.
Nah, bagi yang puasa saja bolong, jamaah kadang-kadang, tadarus nggak pernah, ke majlis ilmu nggak pernah, bagaimana mau kembali ke fitri?
Sebagaimana prinsip penganut tharekat : Allohumma innaka anta maksudiy, wa ridhoka mathlubi. Ya Alloh, hanya Engkaulah tujuanku dan hanya ridha-Mulah yang aku cari.

Mari, perjelas kembali apa tujuan kita beragama dan beribadah.
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 H/2015 M


Author : Adi Esmawan, owner jurnalva.com
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support