Mengapa bahasa Arab
dipilih oleh Alloh sebagai bahasa al Qur’an? Pertanyaan ini sudah terjawab sendiri di dalam Al Qur'an Suroh Yusuf ayat dua. Inna anzalnahul Qur’anan ngarobiyya langalakum ta’qilun. "Sesungguhnya telah kami turunkan Al Qur'an dengan bahasa Arab, agar kalian berfikir". Dari ayat ini, umat manusia disuruh untuk berfikir, mendalami,
memahami dan mengkaji kandungan Al Qur’an. Jadi, jangan mengeluh apalagi coba-coba
protes. Kenapa ya Al Qur'an tidak berbahasa Jawa? Agama itu harus berhenti di sami’na wa atho’na. Kami mendengar
dan kami taat.
Kemudian, soal
keunggulan bahasa Arab yang katanya elegant, ringkas, dan beberapa
keunggulan lainya yang dikemukakan para ahli, itu juga kehendak Alloh. Apalagi
struktur tata bahasa (gramatika) dan pilihan kata dalam Al Qur’an yang memiliki
kandungan sastra sangat tinggi. Itu rahasia Alloh, kita hanya bisa mengaggumi. Coba
buat satu kalimat saja seperti Al Qur’an? Terlebih, Al Qur’an itu
diturunkan kepada Nabi yang umiyy alias tidak bisa membaca dan menulis.
Jadi, tidak mungkin nabi yang mengarang sendiri Al Qur’an.
Tapi kita perlu
prihatin, mengingat Al Qur’an semakin ditinggalkan oleh umat Islam sendiri,
utamanya generasi muda. Boro-boro Al Qur’an sebagai petunjuk jalan kehidupan, wong
membacanya saja tidak bisa. Lebih parah lagi, keinginan atau semangat untuk
mempelajari Al Qur’an kian luntur. Kajian dan komunitas yang mempelajari Al
Qur’an semakin tidak diminati.
Masyarakat pada umumnya,
belajar Al Qur’an hanya di waktu kecil, di TPQ dan TPA, itupun hanya belajar
membaca huruf hijaiyah. Setelah lulus SD atau khatam Iqro’, selesai
sudah. Bahkan ada yang tidak sampai bisa dan lancar membaca AL Qur’an sudah
meninggalkan Al Qur’an.
Kita tentu
bertanya-tanya. Ada apa? Bukankah Al Qur’an adalah satu-satunya penghubung
antara kita sebagai hamba dengan Tuhannya? Bukankah Al Qur’an yang akan
menunjukan kita pada kebaikan kehidupan dunia dan akhirat? Bukankah Al Qur’an yang berfungsi sebagai
obat hati dan penentram kegelisahan? Bukankah Al Qur’an, pangkal dari seluruh
ilmu pengetahuan? Hujjah dari segala argumentasi?
Orang tua misalnya,
lebih bersemangat untuk mendorong putra-putrinya mengikuti les ini dan les anu.
Ekstrakurikuler ini dan ekstrakurikuler anu. Kemudian soal belajar agama? Ah,
kamu sudah besar. Saatnya melatih life skill kehidupan. Ketrampilan
hidup lebih utama di era persaingan hidup. Begitu kurang lebih arahan kita
kepada yang lebih muda.
Padahal, di dunia ini
ada dua yang harus kita cari. Harta dan Ilmu. Kedua-duanya sama-sama penting
untuk hidup bahagia. Namun yang sering kita abaikan, harta dan ilmu lebih
condong untuk kebahagiaan jasmani. Bukan ruhani. Padahal hukum pasti, bahwa
jasmani akan rusak, mati atau punah. Harta akan berpisah dengan pemiliknya.
Sedangkan ruhani akan menghadap Pencipta-Nya. Ilmu yang diamalkan dan
bermanfaat akan menemani pemiliknya sebagai penolong.
Jadi pertimbangkan kembali alokasi harta dan ilmu untuk kehidupan kini
(dunya) dan kehidupan nanti (akhirat). Agama menganjurkan kita berdo’a untuk
diberi kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat (fi dunya hasanah wa fil
akhiroti hasanah).
Soal Al Qur’an, ini
menjadi sangat penting. Karena ia adalah
peta jalan (road map) bagi kehidupan. Ia menuntun orang-orang yang
beriman menuju kebahagiaan hidup, dunia maupun akhirat. Sudahlah, tinggalkan
keragu-raguan di hati kita. Dzalikal kitabu la roiba fihi, hudal lil
mutaqin. Kalau kita masih meragukan Al Qur’an, berarti di hati kita ada
penyakit. Segera obati dengan belajar!
Mari kita kembali
kepada Al Qur’an sebagai pedoman hidup, cara hidup, dan pembeda antara mana
yang baik dan mana yang tidak baik.
Sampai disini dulu.
Lusa kita sambung kembali. Oh ya, bagi yang tinggal di daerah Banjarnegara, khususnya
di Kecamatan Wanayasa dan sekitarnya, silahkan bergabung dengan komunitas Muhibul
Qur’an, dengan datang ke Mushola Al Falah Dukuh Sigong Desa Tempuran
Kecamatan Wanayasa, setiap ba’da magrib sampai dengan ba’da Isya. Ada kajian
belajar bersama tentang materi keagamaan. Ingat, sebaik-baik komunitas adalah
perkumpulan belajar.
Penulis : Adi
Esmawan, owner jurnalva.com
0 komentar:
Posting Komentar