Anggap saja kita ini
seperangkat komputer. Tidak usah berdebat apakah bentuknya laptop atau komputer
duduk (PC). Pokoknya, anggaplah anda itu komputer yang terdiri dari dua
komponen, hardware dan software. Dan diperjelas lagi, hardware itu bentuk
fisiknya komputer sedangkan software adalah program di dalamnya yang kasat mata
alias tidak bisa diraba. Bahkan, dicium juga tidak bisa.
Oke. Sampai di sini kita
sudah tahu tanpa harus diberitahu. Hardware-nya manusia itu ya tampilan
fisiknya manusia. Dari ujung kaki hingga ujung kepala, segala anggota badan
itulah hardware manusia. Silahkan dipilah-pilah sendiri mana prosesor,
CPU, input device dan output device. Tapi tidak usah diperinci mana yang kita
anggap keyboard, mouse dan monitor. Nanti nggak bakalan ketemu. Ini cuma
analogi bahkan hanya perumpamaan. Kita sama sekali tidak sedang bicara teknisi
perangkat keras. Kita sedang bicara dua unsur penting manusia,yakni jasmani dan rokhani. Kita analogikan saja
jasmani itu hardware dan rokhani itu software.
Nah, mengapa judul di atas
sengaja saya tulis “Manusia
Hardware”, karena kita lebih sayang
fisik daripada ruh. Waktu kita lebih
banyak habis untuk merawat fisik, kenikmatan jasmani dan meremehkan atau bahkan mengabaikan aspek
ruhani.
Kekhawatiran kita hanya
pada fisik. Coba, betapa khawatirnya akan biaya ini dan biaya itu di hari esok.
Semuanya biaya jasmani. Lhah biaya pendidikan? Itu masuk biaya jasmani karena
pendidikan masa kini hanya untuk mencari pekerjaan? Atau kualitas hidup yang
lebih baik? Ah semua hanya melulu pada kebahagiaan jasmani belaka.
Jadi, ibarat komputer,
kita hanya memikirkan casing atau perangkat kerasnya saja. Oke. Kita mulai dari
yang tingkat tinggi. Anggaran negara banyak yang terkuras untuk pembangunan
fisik semata. Apalah itu namanya; ekonomi, infrastruktur, gedung-gedung, sarana
prasarana. Yang dikejar target pertumbuhanya semata hanyalah fisik. Kita bahkan
lupa bagian penting lagu kebangsaan kita “bangunlah jiwanya, bangunlah
badannya, untuk Indonesia Raya”. Bangun jiwanya dulu, baru badan. Jangan badannya terus dibangun, jiwa dibiarkan sekarat bahkan mati.
Sekarang ada lagi
Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia. Perlu diperjelas apanya yang mau dibangun?
Jika hanya melulu soal pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), keterampilan
alias skill, maka ujung-ujungnya pasti daya saing dan kemampuan bekerja untuk
mandirisasi ekonomi. Ah lagi-lagi duit
dan dunia yang jadi target.
Kita memang tidak
menafikan apalagi mengesampingkan aspek kesejahteraan hidup. Apalagi
menyepelekan sektor ekonomi dan uang. Sama sekali tidak. Tapi sebagai makhluk
berakal dan beragama, kita semua sudah tahu, bahwa hidup di atas tanah air itu
ada batas waktunya. Kita punya Tuhan sebagai tujuan. Dunia hanya gerbong kereta
yang terus berjalan menuju tujuan : Tuhan. Kita tidak boleh terlena dan hanya
bersenang-senang di gerbong lalu lupa tujuan. Nanti kita baru tersadar kalau
sudah sampai di stasiun kematian. Nah lhoh, penyesalan sudah tiada guna.
Silahkan anda buat gerbong
kereta kehidupan anda senyaman mungkin, dengan fasilitas semewah mungkin.
Se-sejahtera mungkin. Tapi jangan pernah lupa tujuan perjalanan dan jangan lupa
peta jalan dari Tuhan. Biar tidak tersesat. Itu saja. Maka anda akan bahagia di
gerbong “dunia” dan bahagia di tempat
tujuan.
Kembali ke judul di atas “manusia
hardware”. Saya jadi lupa untuk membahas lagi. Yang jelas, fisik kita, jasmani
kita, pasti akan rusak. Ganteng dan cantik itu ada batas waktunya. Kekuatan
mata, telinga, hati dan jantung ada umurnya. Maka, mari kita rawat jasmani kita
tanpa mengabaikan ruhani kita.
Sampai jumpa di tulisan
saya selanjutnya.
Author : Adi Esmawan,
Pengasuh Jurnalva.com
0 komentar:
Posting Komentar