Kalau hanya untuk menghafalkan
materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai
guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya menjalankan fungsi “pengajaran”,
pakai komputer saja. Tidak usah dan tidak perlu bimbingan guru.
Di komputer itu
semuanya sudah tersaji lengkap. Anda mau ilmu apa? Komplit sudah. Mau bahasa
apa? Tanya masalah apa? Bahkan para sarjana-sarjana, ilmuwan-ilmuwan, dai-dai,
ustadz-ustadzah, hingga doktor dan profesor, mereka lebih suka merujuk ke
google untuk menjawab permasalahan yang dihadapi.
Komputer itu seperti siluman. Ia bisa menjelma sebagai
orang tua, manajer, konsultan, kyai, teller bank, dokter, tentara, pacar, mata-mata,
bahkan Tuhan tempat minta tolong. Komputer menjelma sebagai berhala baru,
sesembahan baru.
Komputer itu hafal Al
Qur’an dan segala kitab, teori Newton, Enstein, morfologi dan deskripsi seluruh
makhluq semesta. Komputer hafal semua itu.
Guru-guru yang kata
pepatah Jawa “digugu lan ditiru” itu, kini lebih suka menyuruh muridnya
cari referensi di komputer. Ibu rumah tangga kalau mau masak, tingal cari
resepnya di jagad mayantara. Bahkan kalau mau belanja, tidak perlu repot ke
pasar. Silahkan ambil gagdet dan belanja sepuasnya di ujung jari.
------
Era
komputer telah membawa warna baru dalam dunia pendidikan. Kini, akses terhadap berbagai
macam disiplin ilmu dengan mudahnya dicari
dan dipelajari lewat internet. Wawasan dan cakrawala pengetahuan begitu
melimpah ruah di jagad mayantara, tentang apapun, dimanapun dan kapanpun, tanpa
berbatas jarak, ruang dan waktu.
Komputer
dan internet seolah dapat menjawab segala kebutuhan yang diinginkan masyarakat.
Maka kita dapati, anak-anak SD sampai kuliahan, dari ibu rumah tangga sampai
akademisi, ada masalah sedikit saja langsung merujuk internet untuk mencari jawaban, solusi sekaligus
informasi yang diinginkan.
Menjamurnya
sistem pembelajaran online, kuliah online, serta banyaknya artikel tutorial dan edukasi di
komputer, perlahan tapi pasti akan menggeser peran guru dan sekolah dalam
memberikan pelajaran. Bahkan, anak-anak muda sekarang lebih suka mengasah skill
dan kompetensinya melalui internet dibandingkan belajar pada gurunya atau
komunitas.
Bahkan
ada ungkapan, bahwa lembaga pendidikan terbaik adalah “Google”. Sungguh
mencengangkan.
Memang,
jika hanya knowledge yang hendak dicapai dari sebuah proses pendidikan, maka
internet adalah ruang terlengkap. Internet adalah perbendaharaan terkomplit
segala pengetahuan.
Komputer
pada awalnya memang di desain untuk memudahkan manusia, bukan untuk
menggantikan peran manusia dalam tatanan kehidupan. Namun pada faktanya,
komputer dan robotika (kecerdasan buatan) telah menggusur peran manusia di
beberapa bidang. Mulai dari penggunaan robot dalam dunia industri, penemuan
sistem terintegrasi di berbagai sektor kehidupan, hingga penggunaan drone
untuk menggantikan personel militer saat berperang.
Dan
bukan tidak mungkin, posisi guru juga akan tergantikan oleh komputer. Apalagi
kalau guru hanya berorientasi “mengajar”, bukan mendidik. Mengajar itu hanya
memberikan materi kepada peserta didik untuk hafal teori, mengajari agar bisa
keahlian tertentu. Dan hal seperti ini sangat mudah dilakukan oleh komputer.
Komputer
dapat melakukan apa saja sesuai kehendak pemiliknya. Ya, karena komputer adalah
sebuah perangkat yang punya otak dasar
dan siap diisi dengan berbagai program untuk menjalankan sebuah fungsi sesuai
dengan yang diinginkan penggunanya.
Dari mulai hal yang sangat sederhana dan
terkesan sepele, seperti menampilkan tulisan “Hello World” di layar monitor
ketika kita meng-klik icon tertentu, menghitung luas segitiga
dengan input angka alas dan tinggi, mengidentifikasi wajah dari foto/sidik
jari pada KTP dengan mencocokkan data pada database pemerintah, menggantikan
teller bank pada sistem ATM, menjawab keluhan pengguna di berbagai
layanan costumer service, sampai cara untuk memberikan komando
tertentu pada robot yang mendarat di planet Mars dengan
jarak 225,300,000 km dan delay time sampai 13 menit.
Kembali ke soal guru, akankah peran dan
kontribusinya akan tergusur oleh komputer. Jawabanya bisa ia dan bisa tidak. Jika
guru hanya berfungsi sebagai “pengajar”
yang memindahkan teori di modul atau buku untuk dihafal peserta didik, kemudian
mengujinya dengan tebak-tebakan soal, buat apa pakai guru? Guru akan
tergantikan oleh komputer atau setidaknya peran dan fungsinya tidak lagi
dominan dalam kehidupan.
Agar tetap eksis dan tidak tergeser oleh
komputer, seharusnya guru lebih mengajarkan problem solving skill (kemampuan
mengatasi masalah) dan berfungsi sebagai pendidik. Beda antara “pengajar” dan pendidik. Jika pengajar
hanya berorientasi membuat siswa-siswinya hafal dan tahu, maka “pendidik” akan
membentuk peserta didiknya menjadi bisa, tangguh, faham, dan mengamalkan apa
yang diketahuinya. Mendidik itu dengan teladan, dengan bahasa perbuatan. Bukan
hanya sekedar lisan dan tulisan. Itulah yang akan membedakan Guru berbentuk
komputer dan Guru berwujud manusia.
Kita lihat saja nanti.
Kita lihat saja nanti.
Adi Esmawan, owner jurnalva.com
Mahasiswa Sitem Informasi STIMIK Tunas Bangsa, Banjarnegara
0 komentar:
Posting Komentar