Jurnal Wawasan dan Inspirasi Kehidupan

Bank Sampah, Manajemen Efektif Pengelolaan Sampah

Jangan pernah menganggap enteng masalah sampah. Ya, sampah kadang menjadi musuh paling serius dalam...

Budaya Sambat, Gotong Royong yang Mulai Luntur

Tanpa kita sadari namun sangat kita rasakan, banyak kebaikan dan kearifan yang hilang seiring berjalannya zaman. Dulu, jika..

Programer : Seniman Tingkat Tinggi?

Judul di atas mungkin terlalu “narsis” atau terkesan menempatkan programer pada derajat yang amat terpuji. Tapi agaknya itu yang

Membaca Soekarno, Soeharto dan Indonesia Kita

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya

Sebentar Lagi, Guru Akan Tersingkir?

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya menjalankan fungsi “pengajaran”, pakai komputer saja. Tidak usah dan tidak perlu bimbingan guru.

Sebentar Lagi, Guru akan Tersingkirkan?

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya menjalankan fungsi “pengajaran”, pakai komputer saja. Tidak usah dan tidak perlu bimbingan guru.

Di komputer itu semuanya sudah tersaji lengkap. Anda mau ilmu apa? Komplit sudah. Mau bahasa apa? Tanya masalah apa? Bahkan para sarjana-sarjana, ilmuwan-ilmuwan, dai-dai, ustadz-ustadzah, hingga doktor dan profesor, mereka lebih suka merujuk ke google untuk menjawab permasalahan yang dihadapi.

Komputer  itu seperti siluman. Ia bisa menjelma sebagai orang tua, manajer, konsultan, kyai, teller bank, dokter, tentara, pacar, mata-mata, bahkan Tuhan tempat minta tolong. Komputer menjelma sebagai berhala baru, sesembahan baru.

Komputer itu hafal Al Qur’an dan segala kitab, teori Newton, Enstein, morfologi dan deskripsi seluruh makhluq semesta. Komputer hafal semua itu.

Guru-guru yang kata pepatah Jawa “digugu lan ditiru” itu, kini lebih suka menyuruh muridnya cari referensi di komputer. Ibu rumah tangga kalau mau masak, tingal cari resepnya di jagad mayantara. Bahkan kalau mau belanja, tidak perlu repot ke pasar. Silahkan ambil gagdet dan belanja sepuasnya di ujung jari.
------
Era komputer telah membawa warna baru dalam dunia pendidikan. Kini, akses terhadap berbagai macam disiplin ilmu  dengan mudahnya dicari dan dipelajari lewat internet. Wawasan dan cakrawala pengetahuan begitu melimpah ruah di jagad mayantara, tentang apapun, dimanapun dan kapanpun, tanpa berbatas jarak, ruang dan waktu.

Komputer dan internet seolah dapat menjawab segala kebutuhan yang diinginkan masyarakat. Maka kita dapati, anak-anak SD sampai kuliahan, dari ibu rumah tangga sampai akademisi, ada masalah sedikit saja langsung merujuk  internet  untuk mencari jawaban, solusi sekaligus informasi yang diinginkan.

Menjamurnya sistem pembelajaran online, kuliah online, serta banyaknya artikel tutorial dan edukasi di komputer, perlahan tapi pasti akan menggeser peran guru dan sekolah dalam memberikan pelajaran. Bahkan, anak-anak muda sekarang lebih suka mengasah skill dan kompetensinya melalui internet dibandingkan belajar pada gurunya atau komunitas.

Bahkan ada ungkapan, bahwa lembaga pendidikan terbaik adalah “Google”. Sungguh mencengangkan.

Memang, jika hanya knowledge yang hendak dicapai dari sebuah proses pendidikan, maka internet adalah ruang terlengkap. Internet adalah perbendaharaan terkomplit segala pengetahuan.


Komputer pada awalnya memang di desain untuk memudahkan manusia, bukan untuk menggantikan peran manusia dalam tatanan kehidupan. Namun pada faktanya, komputer dan robotika (kecerdasan buatan) telah menggusur peran manusia di beberapa bidang. Mulai dari penggunaan robot dalam dunia industri, penemuan sistem terintegrasi di berbagai sektor kehidupan, hingga penggunaan drone untuk menggantikan personel militer saat berperang.

Dan bukan tidak mungkin, posisi guru juga akan tergantikan oleh komputer. Apalagi kalau guru hanya berorientasi “mengajar”, bukan mendidik. Mengajar itu hanya memberikan materi kepada peserta didik untuk hafal teori, mengajari agar bisa keahlian tertentu. Dan hal seperti ini sangat mudah dilakukan oleh komputer.


Komputer dapat melakukan apa saja sesuai kehendak pemiliknya. Ya, karena komputer adalah sebuah perangkat yang  punya otak dasar dan siap diisi dengan berbagai program untuk menjalankan sebuah fungsi sesuai dengan yang diinginkan penggunanya.

Dari mulai hal yang sangat sederhana dan terkesan sepele, seperti menampilkan tulisan “Hello World” di layar monitor ketika kita meng-klik icon tertentu, menghitung luas segitiga dengan input angka alas dan tinggi, mengidentifikasi wajah dari foto/sidik jari pada KTP dengan mencocokkan data pada database pemerintah, menggantikan teller bank pada sistem ATM, menjawab keluhan pengguna di berbagai layanan costumer service, sampai cara untuk memberikan komando tertentu pada robot yang mendarat di planet Mars dengan jarak 225,300,000 km dan delay time sampai 13 menit.

Kembali ke soal guru, akankah peran dan kontribusinya akan tergusur oleh komputer. Jawabanya bisa ia dan bisa tidak. Jika guru  hanya berfungsi sebagai “pengajar” yang memindahkan teori di modul atau buku untuk dihafal peserta didik, kemudian mengujinya dengan tebak-tebakan soal, buat apa pakai guru? Guru akan tergantikan oleh komputer atau setidaknya peran dan fungsinya tidak lagi dominan dalam kehidupan.

Agar tetap eksis dan tidak tergeser oleh komputer, seharusnya guru lebih mengajarkan problem solving skill (kemampuan mengatasi masalah) dan berfungsi sebagai pendidik. Beda  antara “pengajar” dan pendidik. Jika pengajar hanya berorientasi membuat siswa-siswinya hafal dan tahu, maka “pendidik” akan membentuk peserta didiknya menjadi bisa, tangguh, faham, dan mengamalkan apa yang diketahuinya. Mendidik itu dengan teladan, dengan bahasa perbuatan. Bukan hanya sekedar lisan dan tulisan. Itulah yang akan membedakan Guru berbentuk komputer dan Guru berwujud manusia.
Kita lihat saja nanti.


Adi Esmawan, owner jurnalva.com Mahasiswa Sitem Informasi STIMIK Tunas Bangsa, Banjarnegara
Share:

Knowledge Is Power!

Secara fisik, manusia bukanlah makhluq yang terkuat. Dibandingkan macan, singa, gajah, bahkan kerbau dan sapi, manusia kalah “kuat” secara fisik dan tenaga. Apalagi  dibandingkan dengan pohon-pohon nan besar, tinggi lagi menjulang yang berumur ratusan tahun. Manusia bukanlah apa-apa secara fisik dan jasmani.

Namun dalam lembaran kitab suci, manusia adalah pemimpin sekaligus wakil Tuhan di muka bumi. Ia yang semestinya bertanggung jawab atasa apa yang terjadi di alam semesta. Dan manusia yang berkuasa atas masa depan bumi ini.

Untuk menjadikan manusia sebagai khalifah, Tuhan tidak membekali manusia dengan “taring dan kuku tajam” seperti macan dan serigala. Bukan pula  memberikan bentuk fisik yang jumbo dan kuat, macam gajah atau banteng. Secara fisik, manusia itu lemah (dhoif), tertusuk jarum yang kecil saja dia sudah merasa sakit. Batas umurnya juga tidaklah lama, rata-rata berkisar  enampuluh sampai delapan puluh tahun. Tidak seperti pohon beringin yang usianya bisa sampai sepuluh abad.

Lalu apa yang menjadikan manusia bisa menjadi penguasa dan mahkluq terkuat di bumi ini? Hingga binatang buas apapun akan tunduk pada manusia? Jangankan sebatang pohon, bahkan hutan nan lebat, gunung, lembah, sungai, lautan, hingga dasar bumi juga dikeruk dengan mudahnya?

Ya, begitu kuat dan hebatnya manusia. Ia diberi suatu kelebihan yang tidak dimiliki mahkluq lain, bahkan para malaikat sekalipun. Manusia dibekali akal untuk berfikir dan menciptakan sejuta cara untuk eksistensi hidupnya. Akal yang akan yang membuat manusia menjadi super power. Dan akal adalah penampung segala ilmu pengetahuan.

Maka, segala puji bagi Alloh, yang telah mengajarkan manusia dengan perantara pena, mengajarkan apa yang belum diketahuinya.

Ilmu pengetahuan adalah kekuatan. Ia adalah senjata adigdaya yang dimiliki oleh manusia untuk mengalahkan apapun, membuat apapun, singgah dimanapun. Tak jarang ilmu pengetahuan menjadikan manusia berbuat semena-mena dan merusak lingkungan.

Manusia dapat terbang tinggi mengarungi angkasa seperti rajawali bahkan lebih cepat, itu karena ilmu pengetahuan. Ia dapat mengarungi dasar samudra, berlayar di laut lepas dalam ombang-ambing badai, itu juga karena ilmu pengetahuan. Bahkan, saling bunuh dengan senjata berteknologi tinggi, itupun karena ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan adalah kekuatan. Bisa jadi kekuatan yang menyelamatkan, memajukan. Dengan ilmu pengetahuan, kemudahan hidup dan kesejahteraan manusia meningkat pesat. Rumah-rumah berdiri megah, gedung-gedung menjulang. Jalan-jalan menembus gunung, menyusuri lembah, bukit dan ngarai. Padi, buah, dan sayur melimpah.

Ilmu pengetahuan adalah kekuatan. Bisa jadi ia menjelma sebagai sumber kehancuran peradaban. Maha karya ilmu pengatahuan : teknologi nuklir misalnya. Jika ia tidak diimbangi dengan kearifan, maka masa depan dunia dalam kekhawatiran  akan bayang-bayang kehancuran.

Ilmu pengetahuan adalah kekuatan. Namun ia harus ditopang dengan keimanan, bahwa di atas segalanya, ada Dzat yang Maha Tahu dan memiliki segala ilmu. Ia yang mengenggam merah hitam   wajah dunia.

Manusia boleh dan sah-sah saja melakukan penelitian dan pengembangan. Di bidang apapun. Cari dan temukan ilmu  apa saja dan dimana saja. Asalkan tidak melupakan esistensi kekuasaan-Nya di atas segala-galanya. Dengan begitu, tidak ada ruang bagi manusia  untuk sombong, angkuh, congkak, dan merasa paling digdaya di alam ini.

Wallohu a’lam.


Share:

Definition List

Unordered List

Support