Jurnal Wawasan dan Inspirasi Kehidupan

Bank Sampah, Manajemen Efektif Pengelolaan Sampah

Jangan pernah menganggap enteng masalah sampah. Ya, sampah kadang menjadi musuh paling serius dalam...

Budaya Sambat, Gotong Royong yang Mulai Luntur

Tanpa kita sadari namun sangat kita rasakan, banyak kebaikan dan kearifan yang hilang seiring berjalannya zaman. Dulu, jika..

Programer : Seniman Tingkat Tinggi?

Judul di atas mungkin terlalu “narsis” atau terkesan menempatkan programer pada derajat yang amat terpuji. Tapi agaknya itu yang

Membaca Soekarno, Soeharto dan Indonesia Kita

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya

Sebentar Lagi, Guru Akan Tersingkir?

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya menjalankan fungsi “pengajaran”, pakai komputer saja. Tidak usah dan tidak perlu bimbingan guru.

Esai : Inspirasi dari Matahari di Waktu Pagi


Suatu sore, seperti kebiasaan saya. Ngopi  sambil buka juz amma. Saya buka sembarang, ketiban di surat As Syams  atau  Wa Syamsi Wa Dhuhaha. Pembaca semua mungkin sudah hafal betul. Ku baca pelan-pelan. Alon-alon waton kelakon-adagium Jawa. Ketika sampai pada ayat : Qod Aflaha man zakaha. Wa qod hobba man dassaha. Sebuah sindiran menyeruak masuk di dada ini.

Sebelum lanjut, mungkin saya beri tahu pada pembaca ayat dan terjemahnya :



Pada ayat di atas, kita akan tahu, betapa Al Qur’an telah mengarahkan, kemana hidup ini harus diarahkan. Dan bagaimana menjaga jiwa agar tetap di jalan taqwa kepada-Nya.
Baik, mari kita mulai renungan berat ini. Di awal suroh As Syams (yang berarti Matahari), Alloh  telah bersumpah dengan tujuh ciptaan-Nya :

1    1. Wa syamsi wa duhaha (Demi (perhatikanlah) Matahari dan cahayanya di kala pagi)

2    2. Wal qomari idza talaha (Dan bulan, ketika mengiringinnya)

3    3. Wan nahari idza jalaha (Dan siang apabila menampakkannya)

4    4. Wal laily idza yaghsyaha (Dan malam ketika ia menutupnya)

5    5.Wa sama’i wama banaha (Dan langit serta pembinaanya)

6    6. Wal ardhi wama tohaha (Dan bumi serta perhamparannya)

Kemudian yang ketujuh, Alloh bersumpah dengan menyebut jiwa :
7    7. Wannafsiw wama sawaha (Dan (Perhatikanlah) jiwa serta penyempurnaan ciptaanya)

Setelah bersumpah dengan menyebut jiwa, ayat selanjutnya memberitahukan kepada kita :
8   8.Fa alhamaha fujuroha wa taqwaha (Maka Alloh telah mengilhamkan kepada jiwa itu, untuk (memilih) jalan Kefasikannya atau Ketaqwaanya.

Kemudian, di ayat selanjutnya, sungguh Alloh Azza wa Jalla telah memberikan petunjuk dengan terang benderang yang terkait dengan ayat sebelumnya :

9    9. Qod aflaha man zakaha (Maka sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu....)

1   10. Wa qod hoba man dassaha (Dan sungguh merugilah orang yang mengotori jiwannya...)

Maha benar Allo dengan segala firman-Nya. Ini adalah petunjuk sekaligus instruksi bagi kita. Jiwa kita. Betapa, jiwa manusia telah diberi dua pilihan sekaligus dua jalan oleh Alloh Robbul Alamin. Pertama adalah jalan kefasikan, jalan yang mengingkari ‘adanya’ eksistensi Tuhan, meniadakanNya dalam kehidupan, atau pura-pura mengaggapnya ‘ada’ secara simbolis. Tapi secara nyata mengingkari apa yang dikehendaki oleh-Nya. Itulah jalan fasik. Jalan yang mungkin dipilih oleh kebanyakan jiwa-jiwa yang mengisi raga kebanyakan manusia di jagad ini. Bahkan mungkin, jiwa kita terkadang “nyasar” atau sengaja mengambil jalan itu. Dan perjalanan hidup jiwa ini selalu berpotensi melenceng pada jalan kefasikan. Maka dari itulah kita selalu butuh bimbingan-Nya sepanjang perjalanan hidup ini.

Kedua adalah jalan ketaqwaan. Sebuah jalan hidup yang  tunduk pada-Nya. Mengakui eksistensi dan kekuasaan-Nya secara mutlak. Jalan yang membuat jiwa akan selalu mengabdi pada-Nya dengan ikhlas. Jalan orang yang dicintai, dirahmati dan diridhoi oleh-Nya.

Nah, kemudian jelas tegas. Bahwa alangkah beruntungnya orang-orang yang “membersihkan jiwanya”. Qod aflaha man zakaha. Jiwa yang selalu terjaga dari noda-noda kotor kehidupan dunia yang fana. Jiwa yang selalu menjaga integritasnya dihadapan sang Pencipta sekaligus Pengawas hidupnya. Jiwa yang selalu mendahulukan nurani dan akal jernihnya, dibanding hasrat dan nafsunya. Jiwa yang terjaga.. Jiwa yang akan kembali menghadap Robb-nya dengan tenang dan damai.

Dan, mari kita tengok jiwa kita masing-masing. Jiwaku, jiwa yang lemah dan lalai. Jiwa yang diperbudak oleh hasrat dan nafsu. Jiwa yang selalu dikotori oleh noda-noda keinginan ragawi. Jiwa yang tidak pernah puas atas anugerah dari-Nya. Jiwa yang mendahulukan nafsunya dibanding akal jernihnya. Jiwa yang jauh dari bijaksana. Jiwa yang menyesatkan ragannya. Jiwa yang menuntun mulutnya untuk selalu berkata dusta. Jiwa yang menuntun tangannya untuk melakukan tindak nista dan durja. Jiwa yang menuntun hatinya untuk angkuh, sombong dan merendahkan yang lain. Jiwa yang selalu mendorong untuk berlaku keji dan munkar. Jiwa yang selalu berambisi, berkhayal, untuk hidup “se-enak-enaknya”. Jiwa yang bermental berkhianat kepada-Nya. Jiwa yang jauh dari bimbingan dan petunjuk-Nya. Ampuni jiwaku ini...


Tidak ada cara lain. Selain berusaha membersihkan jiwa ini dari segala noda-noda yang lekat menempel sebegitu banyaknya. Jiwa yang sudah mengidap berbagai penyakit kronis : iri, dengki, sombong, dendam, pemarah, rakus, dan ingkar pada-Nya.

Mari, kita kunjungi jiwa kita. Mungkin jiwa kita terlalu berantakan, kotor. Perlu ditata ulang dan dibersihkan kembali. Dengan apa? Tentu saja dengan mengingat-Nya, berdzikir. Buka kembali Al Qur’an, baca dengan pelan, pahami makna dan anjurannya. Hiduplah berlandaskan kalam-Nya. Agar kita selalu ada di atas jalan-Nya. Jalan yang diridhoi oleh-Nya. Bukan jalan orang-orang yang dimurkai, dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat. Ammin ya mujiba sa’ ilin.

Begitulan coretan singkat ini. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca. Dalam hal belajar hidup dari Al Qur’an, kita mulai dari yang ayatnya pendek-pendek dulu. Baca dengan perlahan, kemudian resapi. Kalau dinding-dinding hati kita masih bergetar oleh ayat-ayat Al Qur’an, itu tandanya hati kita masih bisa diobati. Belum di tutup dari menerima hidayah-Nya.


Penulis : Al faqir, Adi Esmawan, seorang buruh. Pengasuh media jurnalva.com, sekaligus pengasuh sanggar Muhibul Qur’an Study Club, Tempuran, Wanayasa, Banjarnegara. Mahasiswa STIMIK Tunas Bangsa, Banjarnegara.




Share:

Definition List

Unordered List

Support