Jurnal Wawasan dan Inspirasi Kehidupan

Bank Sampah, Manajemen Efektif Pengelolaan Sampah

Jangan pernah menganggap enteng masalah sampah. Ya, sampah kadang menjadi musuh paling serius dalam...

Budaya Sambat, Gotong Royong yang Mulai Luntur

Tanpa kita sadari namun sangat kita rasakan, banyak kebaikan dan kearifan yang hilang seiring berjalannya zaman. Dulu, jika..

Programer : Seniman Tingkat Tinggi?

Judul di atas mungkin terlalu “narsis” atau terkesan menempatkan programer pada derajat yang amat terpuji. Tapi agaknya itu yang

Membaca Soekarno, Soeharto dan Indonesia Kita

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya

Sebentar Lagi, Guru Akan Tersingkir?

Kalau hanya untuk menghafalkan materi, tebak-tebakan soal, dan mempelajari keahlian tertentu, tidak usah pakai guru. Pakai komputer saja lebih hebat. Kalau sekolah hanya menjalankan fungsi “pengajaran”, pakai komputer saja. Tidak usah dan tidak perlu bimbingan guru.

Mengenang Masjid Sebagai Pusat Peradaban

Ashar suatu sore di sebuah masjid nun megah di tengah kota Banjarnegara, Jawa Tengah.  Lantunan merdu muadzin menggiring kami untuk singgah sejenak dari perjalanan, menunaikan kewajiban memperbaharui keimanan dan kesaksian.  Kami berdua : saya dan sahabat karib  menepikan sepeda motor di pelataran masjid, kemudian bergegas untuk berwudhu. Bersamaan dengan kami adalah satu rombongan keluarga yang membawa mobil pribadi. Mereka dengan terburu-buru lari ke kamar mandi. Yang hendak saya ceritakan, ternyata mereka tidak berwudu dan turut berjama’ah. Mereka hanya numpang ke kamar mandi kemudian kembali tancap melanjutkan perjalan !

Sekelumit cerita di atas adalah gambaran sebagian kecil fungsi masjid di era modern. Begitu memprihatinkan. Masjid di era ini semakin dipersempit : tempat umat Islam menjalankan kewajiban shalat (berjama’ah) dan shalat Jum’at. Di luar agenda itu, masjid hanya sebagai simbol kegiatan ritual keagamaan.

Padahal, selaras dengan berdirinya Masjid Nabawi di Kota Madinatul Munawaroh adalah Nabi membangun pasar di sebelah utara masjid. Fungsi masjid di era Nabi adalah  tempat dilangsungkanya Ibadah dalam arti yang seluas-luasnya. Dan hidup adalah ibadah.

Masjid adalah pusat syiar Islam. Ruh persatuan, solidaritas, dan kekuatan Islam ada di masjid. Selanjutnya, Masjid adalah pusat keilmuan dan pengembangan intelektual umat  Islam. Dulu, dizaman Abasyiyah, masjid adalah cikal-bakal lembaga pendidikan Islam. Universitas Al Azhar yang besar dan tertua itu dulunya adalah pengajian kecil di masjid.

Zaman Khalifah Umar ibn Khattab, masjid bahkan menjadi pusat pemerintahan. Khalifah Umar menjadikan  sebuah pohon nan rindang di sudut masjid sebagai tempat istirahat. Padahal, di masa itu ekspansi umat Islam dan kekuasanya telah merambah Persia dan Romawi.

Masjidil Haram yang merupakan tempat suci umat Islam, secara historis dulunya adalah pusat kebudayaan masyarakat Arab. Di musim haji, penduduk sekitar juga memanfaatkan momentum ini untuk kegiatan muamalah (jual-beli).

Masjid adalah pusat peradaban. Di sana seharusnya generasi-generasi muda muslim belajar secara mendalam tentang agamanya. Di sana seharusnya perencanaan strategis pembangunan ekonomi masyarakat untuk maslahat umat direncanakan. Masjid adalah simbol kejayaan keilmuan dan intelektual. Ya, masjid adalah kejayaan umat Islam.

Tapi itu dulu, di masa keemasan Islam. Kini, di Indonesia telah dibangun berjuta-juta masjid  dari pelosok desa hingga di jantung kota. Sayangnya, boro-boro masjid sebagai pusat kegiatan, kebudayaan, dan peradaban umat. Waktu sholat jama’ah saja banyak masjid kosong melompong. Atau jangan-jangan, hanya sebagai tempat transit dan  kamar mandi  umum? Naudzubilah.


Salam Inspirasi..
Share:

Definition List

Unordered List

Support